Thank God I Found You

Author: mmmpeb

Length: ficlet

Genre: romance, sad-happy, AU, songfic

Rating: PG16

Cast:

  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Park Jiyeon T-ara

Disclaimer: this’ my own plot, inspired by Mariah Carey’s Thank God I Found You

Note: Kalau nemu ff dengan judul yang sama dengan cast jinki-jiyeon, berarti itu punya aku juga

*****************************

Thank God I Found You

Jiyeon pov

 

I would give up everything 
Before I’d separate myself from you
After so much suffering
I’ve finally found a man that’s true
I was all by myself for the longest time
So cold inside
And the hurt from the heart it would not subside
I felt like dying
Until you saved my life

 

Tuhan, kenapa Kau hukum aku seperti ini? Apa salahku pada-Mu? Aku tidak merasa membuat kesalahan fatal sehingga aku pantas menerima azab-Mu seperti ini. Kenapa harus aku, Tuhan?

Aku putus asa dengan keadaanku sekarang. Cukup sabar aku menanti keajaiban datang. Tidak cukupkah kapasitas kesabaranku ditukar dengan sesuatu yang seharusnya menjadi milikku seperti sedia kala? Aku putus asa, Tuhan! Aku sangat putus asa!

Setidaknya jika Kau memang membenciku, jangan membenci Jonghyunku. Dia tidak salah apa-apa, Tuhan. Tapi kenapa engkau membawanya ke dalam penderitaanku? Apa Kau kira aku akan senang dengan kehadirannya. Aku tidak suka karena ini hanya akan menyusahkannya.

Ya, itulah yang aku rasakan pada awalnya. Menyusahkan orang yang tidak kukenal sebelumnya.

Tapi apa benar Jonghyun melakukan ini semua tulus dari hatinya? Dari semua tindakan yang dilakukannya selama enam tahun belakangan ini, aku hanya bisa menilai kalau Kau ternyata baik, Tuhan. Terima kasih karena kau mengirim seorang pendamping hidupku, yang mau menerimaku apa adanya.

Thank God I found you 
I was lost without you
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I’m overwhelmed with gratitude
Cause baby I’m so thankful
I found you

 

Tempat tidurku sedikit berguncang. Buru-buru kututup mataku. Yakin sekali kalau Jonghyun pasti sudah bangun.

“Chagiya, ireona!”

Aku membuka mataku begitu mendengar suara lembut itu masuk ke telingaku. Objek pertama yang aku lihat adalah suamiku sendiri, Lee Jonghyun.

“Pagi, cantik!” sapanya sembari mengecup keningku singkat.

Rambut hitamnya sedikit acak-acakkan, tetap saja bagiku dia pria tertampan di dunia, setelah ayahku. Kedua tangannya membantuku mendudukkanku. Merengkuh pipiku dan mencium bibirku cukup lama dengan lembut.

“Morning kiss!” kata Jonghyun dengan senyuman mematikannya.

Aku tahu Tuhan pasti kasihan melihat umat-Nya yang satu ini menderita dan pada akhirnya Dia mengirimku seseorang yang mau mendampingiku dengan sepenuh hati. Ikhlas mengurusku secara lahiriyah selama enam tahun ini.

Ya, aku tahu dia ikhlas karena setiap dia muncul di depanku, selalu senyuman yang dia tunjukkan padaku, tidak lupa dengan matanya yang menghilang.

Saranghae, Lee Jonghyun.

 

Jonghyun pov

 

I would give you everything 
There’s nothing in this world I wouldn’t do
To ensure your happiness
I’ll cherish every part of you
Because without you beside me I can’t survive
I don’t wanna try
If you’re keeping me warm each and every night
I’ll be all right
Cause I need you in my life

 

Mataku terbuka, memang sudah saatnya aku bangun dari tidur. Kemudian kulirik seseorang yang kucintai sedang berbaring di sampingku, matanya masih terpejam. Aku suka sekali menatap wajahnya jika sedang tertidur, jelas sekali tidak ada beban tergambar di wajahnya.

Aku sedikit membungkuk pada Jiyeon. “Chagiya, ireona!” bisikku ditelinganya. Dan dalam sedetik matanya langsung terbuka. Apa dia sudah bangun dari tadi?

“Pagi, cantik!”

Aku membantunya duduk. Sangat mustahil jika dia melakukannya sendiri, menggerakkan jarinya saja aku sangsi dia bisa melakukannya. Dan kemudian kurengkuh kedua pipinya dan menciumnya lembut tepat di bibirnya yang merah. Aku suka sekali menciumnya karena itu merupakan salah satu cara kami berkomunikasi. Selain mengedipkan mata dan sedikit menggerakkan kepalanya, dia bisa sedikit membalas ciumanku.

“Morning kiss!”

Dia tersenyum padaku. walaupun ujung bibirnya hanya tertarik sedikit, aku tahu dia tersenyum.

Ya Tuhan, kenapa aku bisa mencintainya sedalam ini? Jujur saja, aku menikahinya enam tahun yang lalu karena ritual kolot di keluargaku. Aku adalah anak satu-satunya di keluargaku dan kehidupanku semua diatur oleh orang tuaku. Alasannya agar aku menjadi anak yang berkualitas dan mendapatkan yang terbaik. Hingga istripun sampai dicarikan. Entahlah apa yang ada dipikiran appa dan umma. Kenapa mereka menjodohkanku dengan seorang gadis lumpuh? Aku rasa alasannya kali ini bukan lagi demi yang terbaik untuk hidupku, tapi demi perusahaan appa yang hampir diambang kehancuran.

Park Jiyeon. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Saat pertama kali bertemu, dia hanya duduk diam di kursi roda tanpa bicara sepatah kata apapun. Dan aku sedikit terenyuh mendengar kisahnya. Jiyeon mengalami kecelakaan karena menyelamatkan seekor anak kucing saat berjalan ke sekolahnya, dua tahun sebelum aku mengenalnya.

Mendengar kisahnya saja aku tahu kalau Jiyeon adalah gadis yang baik. Hanya demi nyawa hewan saja dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Lihat saja sekarang, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena lumpuh permanen yang dia derita dan kucing yang dia selamatkan entah melanglang buana ke mana.

Namun dari kisahnya itu, rasa sukaku mulai tumbuh. Kencan pertamaku dengannya sangat menyenangkan. Padahal hanya ke tepi sungai Han, duduk-duduk di rumput memandangi aliran air. Tidak ada rasa lelah yang aku rasakan. Membantunya turun dari mobil, mendorong kursi rodanya, berbicara layaknya pada patung berjalan –mianhae chagiya. Entah kenapa, memandang wajah cantiknya saja sudah membuat rasa lelahku hilang. Temanku –Kyu- bilang, aku jatuh cinta padanya.

Ya, hingga saat inipun aku masih mencintainya. Bangun tidur, pertama kali yang ingin kulihat adalah Jiyeon. Saat makan, aku teringat Jiyeon. Pulang kerja, rasanya ingin sekali bertemu Jiyeon. Dia sudah menjadi belahan hatiku, separuh jiwaku.

Aku akan sabar menunggunya, menunggu keajaiban yang hingga kini belum Tuhan kirim untuknya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sekalipun dokter menyatakan dia mengalami lumpuh permanen, aku yakin Jiyeon akan sembuh. Tugasku di sini adalah menyemangatinya karena sudah seharusnya seorang suami berbuat begitu. Hingga saat itu tiba. Saat di mana Jiyeon berlari riang menuju pelukanku, saat kami berdua berjalan-jalan memamerkan kemesraan kami, dan saat kami memadu kasih untuk memperkuat cinta kami –tentunya juga untuk mendapatkan Jonghyun kecil atau Jiyeon kecil. Aku bisa bersabar untuk itu.

Kalaupun keajaiban itu tidak datang, aku akan tetap setia berada di sampingnya hingga ajal menjemput kami.


Thank God I found you (I’m begging you)
I was lost without you (so lost without you)
My every wish and every dream (every dream, every dream)
Somehow became reality
When you brought the sunlight (brought the sunlight)
Completed my whole life
I’m overwhelmed with gratitude
Cause baby I’m so thankful
I found you

 

“Hmm, kau wangi!” kataku setelah menyemprot parfum wanita ke tubuhnya. “Habis ini kita makan, ya!” Kugendong tubuhnya dan kududukkan di kursi roda. Kemudian kugiring menuju dapur.

“Kau lapar kan, chagi? Aku suapi, ya!” Aku mengambil posisi duduk di sampingnya dan menyuapinya nasi beserta lauk. Untunglah dia masih bisa mengunyah, bagaimana jadinya kalau setiap hari harus makan bubur?

Apapun rela kulakukan untuknya. Memandikannya, menyuapinya, mengajaknya jalan-jalan, membacakan buku atau koran. Semua kulakukan sendiri. Tapi untuk urusan rumah, aku menyewa seseorang untuk membersihkannya dengan biaya perjam.

Apa jadinya kalau aku tidak bertemu Jiyeon? Apa hidupku masih akan sama seperti ini? Tapi aku bersyukur. Sangat bersyukur Tuhan mengirim seorang Park Jiyeon untukku, bukan yang lain.

Nomu saranghae, chagiya.

 

 

Author pov

 

Mereka berdua sampai di rumah. Hari ini Jonghyun bekerja dan seperti biasa saat pulang dari kantor dia menjemput istrinya yang selalu ia titipkan pada ibu mertua.

Dengan hati-hati Jonghyun menggendong Jiyeon menuju kamar dan merebahkannya di tempat tidur.

“Apa kau haus, chagi? Aku ambilkan minum dulu, ya!” katanya tepat di depan wajah Jiyeon sebelum dia mendaratkan bibirnya di bibir Jiyeon dan pergi menuju dapur.

Jiyeon ingin sekali tersenyum, tapi sulit untuk menggerakkan bibirnya. Yang jelas dia suka dengan perlakuan Jonghyun barusan. Kemesraan yang dia dapat dari sang suami setiap harinya tidak pernah berkurang. Tapi hal itu justru membuat dirinya lagi-lagi merasa tidak berguna. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Jonghyun selain diam, tidak bisa membalas cinta yang Jonghyun berikan setiap detiknya.

PRANK!

“Arrrrgh!”

Mata Jiyeon terbelalak begitu mendengar suara pecahan beling dan erangan Jonghyun. Ingin sekali Jiyeon mengecek keadaan Jonghyun tapi tidak ada yang bisa dia perbuat.

Ayolah, Jiyeon! Coba lagi gerakan kakimu!” batin Jiyeon, berusaha keras membuat syaraf-syaraf ototnya berkerja. Menyerah.

Sementara di dapur, Jonghyun duduk mengangkang di lantai sembari mengelap telapak kakinya dengan kain basah yang berdarah karena tidak sengaja terinjak pecahan beling. Cerobohnya karena meletakkan gelas di tepi meja dan akhirnya tersenggol tangannya sendiri.

“Jiyeon? Pabo! Dia pasti khawatir!”

Jonghyun bangkit berdiri dan berjalan terpincang-pincang menuju kamarnya. Betapa terkejutnya Jonghyun mendapati istrinya sudah tidak ada di atas tempat tidur, melainkan di ambang pintu dengan jalannya yang terseok-seok.

“Jiyeon-ah?” Jonghyun masih tidak percaya dengan apa yang sekarang dilihatnya.

“J…Jong..hyun, g…gwaenchan…na?”

*****

Jonghyun membuka matanya lalu mengerjap-kerjap. Kemudian menoleh pada sang istri yang tidur disampingnya dan tersenyum.

“Ireona, chagi!”

Begitu Jonghyun mengguncang pelan tubuh Jiyeon. Mata perempuan itupun terbuka.

“Pagi, chagi!”

Jiyeon melingkarkan tangannya di leher Jonghyun lalu mengecup bibir suaminya singkat.

“Mau mulai lagi, heum?” kata Jonghyun tepat di telinga Jiyeon, membuat istrinya merinding kegelian.

“Aku lelah, Jonghyun sayang!” Jiyeon memberikan kecupan ringan di pipi Jonghyun. “Kata dokter jangan sering-sering, kalau terjadi apa-apa bagaimana?”

“Ah, dokter itu hanya iri pada kita!”

Jiyeon memeluk pinggang Jonghyun, merebahkan kepalanya di dadanya.

“Jonghyun-ah, terima kasih untuk cintamu padaku selama ini! Maaf aku telat membayarnya.”

Jonghyun mencubit pipi Jiyeon. “Kau ini bicara apa, sih? Kau mengulangnya terus. Sudah kubilang, kau hidup di sisiku saja sudah menjadi hadiah terindah untukku.”

“Ah, iya, iya, aku sudah sering mendengarmu bicara begitu.”

“Jadi maksudmu kau bosan mendengarnya?”

“Aku tidak bicara begitu, ya!”

Jiyeon merajuk, justru membuat Jonghyun semakin gemas.

“Jadi, ada yang ingin kau sampaikan untukku, Jiyeon-ah?”

Jiyeon mengangguk. “Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita. Aku sangat senang yang menjadi pendampingku adalah kau, Jonghyun! Maaf kalau selama ini aku merepotkanmu!”

Jonghyun tiba-tiba mengecup singkat pipi Jiyeon. “Cukup! Ini yang terakhir kalinya kau bilang kalau aku repot mengurusmu. Aku melakukannya karena aku ingin. Dan aku tidak pernah lelah untuk itu, arachi?”

Jiyeonpun mengangguk, “Ara, chagiya! Oh ya, mau mendengarku menyanyi, tidak?”

“Kau tidak kasian dengan telingaku?”

“JONHYUN!!!!!” tangan Jiyeon mencubit-cubit perut Jonghyun.

“Ampun-ampun! Aku cuma bercanda.”

Jiyeon merengkuh pipi Jonghyun dan bernyanyi di depan wajahnya.

Thank God I found you 
I was lost without you (lost without you baby)
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life (whole life)
I’m overwhelmed with gratitude
Sweet baby I’m so thankful
I found you

Jantung Jonghyun berdegup dengan kencang mendengarnya. Bukan karena suara merdu Jiyeon, tapi maksud dari lirik lagu itu yang membuat dirinya tersentuh.

Dan Jonghyunpun menimpalinya dengan suara lembutnya.

Thank God I found you 
I was lost without you
I’m overwhelmed with gratitude
My baby I’m so thankful
I found you

I’m overwhelmed with gratitude
My baby I’m so thankful I found you

 

Jiyeon memeluk Jonghyun dan Jonghyunpun membalasnya.

“Saranghae yeongwonhi, Jiyeon-ah!”

“Nado, Jonghyun!”

Jonghyun menyeka air mata Jiyeon yang jatuh. “Jangan menangis, ah! Sudah sana mandi, pagi ini aku akan menemanimu ke dokter.”

“Hari ini? Tapi baru minggu ke sebelas, kan.”

“Tidak apa! Aku ingin mengetahui perkembangan calon bayi kita setiap minggunya. Kenapa? Tidak mau mandi, ya? atau mau kumandikan?”

“Jonghyun!!!” Jiyeon kembali mencubit perut Jonghyun. Pria itu hanya tertawa.

“Kau malu, ya? Tidak ingat kalau selama ini aku yang mandikan?” Jonghyun mengerling nakal pada Jiyeon.

“Jonghyun!! MATI KAU!!!”

 

-END-

17 thoughts on “Thank God I Found You

  1. aih, sweetnya :)))
    sumpah aku bneran melting bacanya 🙂 pdahal ga ngalamin tp entah knp baca.a jadi senyum lebar bngt :))
    pesan moral.a jg dalem, kita ga shrus.a menyerah dgn keadaan, keajaiban itu ada dan bs dtg kalo kita percaya.. bgus chingu, neomu neomu johahae :))

  2. hyaaaaaaaaaaaaaat sumpah ya so sweet amat itu jonghyun. huhu
    sedih, senyum ampe mau teriak aku baca ff ini. huaaaaa
    sumpah penantian yg panjang akhirnya berbuah hasil. huaaaaa
    keren keren kerennnnnn 😀

  3. eonniii~~ ._. Ih ih jonghyun-jiyeon :3 awalnya sedih bgt tapi so sweet, so sweet deh sampe akhir (?) ih mau lah punya suami kayak hyunn u.u /dor

  4. Jonghyun kayaknya harus berterimakasih sama gelas yang pecah itu..
    karena gara-gara itu Jiyeon jadi pulih hihi
    >.<

    Jonghyun baik banget sih
    mau dong dimandiin sama Jonghyun #plak

  5. Salam kenal. aku reader baru,dan aku jiyeon lover:D

    Aa. . .aku suka bgt fic ini.
    kesetiaannya itu lho. . jonghyun baik bgt,^^
    jiyeon bruntung. .:D

Leave a reply to thiELFkpoplovers Cancel reply