[LombaFF] New Year For You

Main Cast       :

 

  • Kim Jae Rim (OC)
  • Kang Min Hyuk (CN Blue)

Other Cast        :

  • Kang Hyo Hoon (OC)
  • Lee Jong Hyun (CN Blue)

Genre               : Romance, AU

Rating              : PG15

Words count   : 4.636

Length             : One shoot

Summary         : Sejak kejadian itu tahun baru selalu menjadi mimpi buruk bagiku. Tak pernah aku lewati satu kali tahun baru yang menyenangkan. Terlebih lagi ketika aku memasuki rumah baruku. Akankah perasaan ini akan ku bawa sampai aku menyusul mereka?

Disclaimer       : Semua cast disini bukan milik author (tapi kalo mereka dengan sukarela menyerahkan diri untuk jadi milik author sih gapapa~ lol #plak), tapi plot dan ceritanya 100% asli pemikiran author. Sangat amat disarankan untuk baca FF ini sambil ngedengerin lagu Hello-nya Huh Gak. Lagunya sedih banget, apalagi kalo kalian sambil baca translate inggrisnya. Dijamin kalo dihayatin, mata bakal berkaca-kaca. Oke deh daripada banyak bacot, cekidot! Mian kalo banyak typo.

 

 

Story                :

Tahun baru, suatu event yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Momen yang tepat untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Berbagai macam perayaan pun digelar untuk menyambutnya dengan suka cita. Tak ada satu pun mata yang terlelap ketika dia datang. Tetapi bagiku, tahun baru hanya mengingatkanku pada luka yang tak pernah sembuh. Semua itu terjadi ketika umurku 10 tahun. Aku tak tau akankah kenangan pahit itu akan terlupakan atau tidak. Yang jelas sejak saat itu aku mulai bertanya akankah ada lagi tahun baru yang berarti untukku?

#Akhir Tahun 2000#

We wish you merry Christmas We wish you merry Christmas We wish you merry Christmas and happy new year. We wish you merry Christmas We wish you merry Christmas We wish you merry Christmas and HAPPY NEW YEAR.

Satu demi satu bait lagu bernuansakan tahun baru terlantukan dari wajah-wajah gembira sekelompok orang yang berada di van yang tengah menyusuri jalanan kota Seoul yang padat. Wajah-wajah mereka menunjukan keceriaan keluarga khas tahun baru. Keluarga Kim sedang dalam perjalanan unutk merayakan tahun baru di Sungai Han. Ayah yang sedang menyetir tak henti-hentinya melontarkan lelucon-lelucon ditengah-tengah latunan lagu yang mereka nyanyikan. Sang ibu yang duduk di samping ayah hanya tersenyum mendengar lelucon ayah. Berbeda dengan kedua putrinya, Giseok dan Jaerim yang tertawa riang. Sang nenek pun tak mau kalah menunjukkan wajah cerianya. Hanya kehangatan dan keceriaan yang ada di antara mereka. Tapi sayang, kecerian dan kehangatan itu tak berangsur lama. Tiba-tiba sebuah sepeda motor menyalip van mereka tanpa aturan. Hal ini membuat sang ayah kehilangan kendali mobilnya. Mobil van dengan kecepatan sedang itu menghantam keras pohon besar di pinggir jalan.

“APPA!!! EOMMA!!!” teriak Jaerim ketakutan. Seketika itu juga keceriaan dan kebahagiaan mereka hilang begitu saja. Tak ada lagi lantunan lagu tahun baru dan canda tawa yang terdengar dari van itu. Tak akan ada perayaan tahun baru yang indah di sungai Han dan tak akan ada lagi tahun baru yang berarti untuk seseorang.

#Tahun 2001#

Sebulan sudah Jaerim koma. Karena kecelakaan itu Jaerim harus dirawat intensif di ruang ICU. Selain hembusan napas dan detak jantung, tak ada tanda-tanda kehidupan lain darinya. Untunglah semua biaya perawatannya ditanggung oleh Negara.

Malam itu Jaerim bermimpi bertemu dengan Appa, Eomma, Giseok Eonni dan Halmoni di depan sebuah gerbang putih bercahaya yang sangat besar. Mereka berempat memakai baju putih dan terlihat sangat cantik dan tampan.

“Appa, Eomma, Giseok Eonni, Halmoni, kalian mau kemana?” tanya Jaerim kerika mereka mulai melangkahkan kaki memasuki gerbang itu.

“Kami akan bertemu dengan Tuhan anakku,” jawab Eomma dengan senyuman yang sangat indah.

“Jaerim ingin ikut,” rengek Jaerim.

“Tidak boleh sayang. Ini belum waktumu. Berjanjilah, kau harus bahagia tanpa kami. Araseo?” tanya appa.

“Tapi aku tidak mau sendiri appa….” kata Jaerim dengan mata berkaca-kaca.

“Tenang nak, kau nanti tidak akan sendirian. Tuhan sudah mengirimkan pengganti kami, malaikat pelindungmu.” Appa tersenyum hangat kepada Jaerim. Senyum terhangat yang pernah Jaerim lihat.

“Ne Appa,” balas Jaerim dengan suara serak, tanda bahwa ia sedang menahan tangis. Mereka berempat mulai berjalan kembali memasuki gerbang itu. Jaerim yang menyadari hal itu segera berteriak memanggil mereka.

“Appa, Eomma, Giseok Eonni, Halmoni Kajima. Jaerim takut sendirian. Nanti siapa yang akan mengajakku jalan-jalan, appa? Siapa yang akan memasakkan makanan yang lezat dan menyisirkan rambutku, eomma? Siapa yang akan bermain boneka denganku, Giseok eonni? Dan siapa yang akan memceritakan dongeng, halmoni? Kajima. Jebal kajima,” teriakan Jaerim tak membuahkan hasil apa-apa. Mereka berempat tetap pergi. Sebelum memasuki gerbang itu mereka berempat memberikan senyuman perpisahan yang sangat indah untuk Jaerim.

***

“Appa… Eomma…” panggil Jaerim lirih setelah berhasil membuka mata. Tapi bukannya menemukan kedua orang tuanya, Jaerim malah mendapati dirinya tengah berbaring di ruangan serba putih dengan peralatan berbunyi aneh yang tidak ia ketahui namanya. Yang ia tahu semua peralatan itu menampilkan angka-angka dan garis-garis seperti simbol tegangan listrik. Bau obat-obatan menyeruak menusuk hidungnya. Tiba-tiba Jaerim mengaduh nyeri dikepalanya dan refleks memegang dahinya. Ia meraba-raba kepalanya yang dibalut oleh kain putih. Tapi saat ia ingin menggerakkan tangan kanannya, rasa nyeri kembali menyerangnya. Setelah menoleh ternyata ada dua selang yang menancap di tangannya dan terhubung dengan kantong berisi cairan berwarna putih. Jaerim makin tidak mengerti. Kaki kanannya juga seakan mati rasa. Setelah mengeceknya, kakinya berbalut sebuah benda keras berwarna putih dan lagi-lagi dia tidak mengtahui apa itu.

Di tengah kebingungannya itu Jaerim kembali teringat akan keluarganya. Tak berapa lama kemudian, kejadian maut itu kembali terulang dipikirannya, tidak semua kejadian yang dapat ia ingat, hanya kata-kata terakhir appa dan eommanya saja yang ia ingat.

“Mian Jaerim-a,” ucap appa dan eomanya dengan wajah yang berlumuram darah. Setelah mereka menyelesaikan kalimatnya tak ada lagi napas yang berhembus dari hidung mereka. Di sebelah kanan  Jaerim tergeletak Giseok eonni yang sudah tak bernyawa dan di sebelah kirinya tergeletak halmoni yang sama keadaanya dengan orang tua dan eonninya. Kini Jaerim mengerti, mengerti bahwa dirinya kini sudah menjadi sebatang kara tanpa ada keluarganya yang menemani. Appa dan eommanya anak tunggal, jadi dia tidak mempunyai sanak saudara lainnya. Dirinya kini juga tengah sekarat di rumah sakit dengan selang infus dan berbagai peralatan medis yang seakan menyokong hidupnya. Tanpa disadari bulir-bulir air mata mulai jatuh membasahi pipi anak kecil polos situ. Di umurnya yang masih sangat muda ia harus dapat memahami semua kejadian pahit ini.

“Appa, Eomma, Gisoek Eonni, Halmoni!!!” teriaknya tiba-tiba. Para suster yang tengah berjaga di luar kaget mendengar teriakan Jaerim dan bergegas memanggil dokter. Tak berapa lama kemudian, dokter pun datang untuk memeriksa Jaerim. Untunglah  Jaerim sudah melewati masa kritisnya dan dapat dipindahkan ke ruang rawat biasa.

***

            Sudah satu bulan Jaerim dirawat di rumah sakit. Keadaanya pun sudah pulih dan gips di kakinya sudah dapat dilepas. Tapi sayangnya luka di pelipis dan pipi kirinya memberikan bekas luka yang cukup besar. Dan lebih parahnya lagi, tak ada satu pun orang yang menjenguknya ataupun teman untuk bermain. Hanya suster yang baik hati bernama Kang Hyohoon yang mau menemani dan menghiburnya jika ia teringat akan kejadian pahit itu.

“Jaerim-a bagaimana keadaanmu?” tanya suster Kang ketika memasuki kamar rawat Jaerim.

“Seperti biasa suster. Kau tau tidak? Semalam aku bermimpi eomma menjengukku dan dia berkata akan ada sesuatu yang membahagiakan hari ini,” jawab Jaerim dengan muka berseri-seri.

“Eo, keuraeyo?” balas suster Kang sambil memaksakan senyum walau mukanya lebih terlihat iba dibandingankan ceria. Tak tega dia melihat gadis kecil ini terus membicarakan tentang keluarganya.

“Mungkin benar apa kata eommamu itu. Ada kabar gembira untukmu Jaerim.”

“Jinjayo? Eomma memang tak pernah berbohong padaku.”

“Ne. hari ini kau bisa keluar dari rumah sakit ini,” ucap suster Kang.

“Mwo? Keluar dari rumah sakit? SHIREO!!! Aku gak mau. Aku kan ga’ punya rumah lagi suster. Appa, eomma, giseok eonni dan halmoni juga tidak ada lagi, nanti aku tinggal dimana suster?” balas Jaerim dengan mata berkaca-kaca.

“Jangan khawatir Jaerim-a. Sebentar lagi ada seseorang yang akan menjemputmu dan dia akan membawamu ke rumah barumu,” jawab suster kang seraya membelai halus rambut Jaerim.

“SHIREO!!! SHIREO!!! SHIREO!!!” Aku mau disini aja sama suster. Nanti gimana kalau aku ga suka sama rumah barunya?” kini air mata sudah keluar dengan deras dari mata Jaerim.

“Pasti kau akan menyukainya Jaerim. Disana kau juga akan bertemu dengan teman-teman baru. Kau bilang eommamu tak pernah berbohong. Pasti ini yang beliau maksud dengan kabar baik” balas suster Kang seraya menghapus air mata Jaerim. Tak berapa lama kemudian seorang wanita berusia lima puluh tahunan memasuki kamar rawat Jaerim.

“Annyeonghaseyo. Aku ibu kepala panti asuhan. Apakah anak ini yang bernama Jaerim?” tanya wanita itu kepada suster Kang.

“Annyeonghaseyo. Iya benar. Silahkan tunggu sebentar. Biarkan Jaerim bersiap-siap dulu,” jawab suster Kang ramah. Setelah menyelesaikan kalimatnya, suster Kang mengganti baju pasien Jaerim dengan gaun pink yang lucu. Suster Kang juga menyisir rambut panjang Jaerim dan meletakkan bando pink berhiaskan kupu-kupu di kepalanya. Semua ini suster Kang sendiri yang menyiapkannya.

“Nah Jaerim-a sekarang kau sudah terlihat cantik. Ayo senyum. Kau akan memulai hidup baru,” ujar suster Kang sambil tersenyum manis. Jaerim hanya membalas dengan seyuman polos. Jaerim berjalan keluar kamar rawatnya sambil menggandeng tangan ibu kepala. Jaerim terus menatap suster Kang sampai pintu menghalangi tatapan mereka. Air mata yang suster Kang tahan sedari tadi kini menetes satu demi persatu. Baginya Jaerim sudah seperti adiknya sendiri. Jaerim mengingatkannya kepada adik kandungnya yang hilang lima tahun yang lalu.

***

            Setelah menempuh perjalanan yang panjang, sampailah Jaerim di rumah barunya, panti asuhan “Cheonsa”. Bangunanya tidak terlalu besar, tapi di kelilingi dengan taman yang luas. Berbagai macam permainan ada di taman itu. Jaerim menyusuri taman itu dengan hati yang khawatir. Di kepalanya terus terngiang-ngiang pertanyaan tentang bagaimana tanggapan teman-teman barunya nanti. Ibu kepala yang menyadari hal itu kemudian berjongkok di hadapan Jaerim agar sejajar dengan anak itu.

“Gwaenchana Jaerim-a. semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku,” ucap ibu kepala.

“Ne halmoni,” balas Jaerim dengan muka polosnya.

“Jangan panggil aku halmoni. Pangil saja Shin eommonim. Semua anak di sini memanggilku begitu.”

“Ne… Shin… e…ommo…nim,” ucap Jaerim ragu-ragu. Ibu kepala bangkit dan kembali menggandeng tangan Jaerim. Genggamannya kali ini lebih erat, seakan ingin memberikan sedikit keberanian untuk anak yang rapuh ini.

 

Sekarang Jaerim sudah sampai di ruangan yang besar. Semua anak yang ada di ruangan itu menatapnya dengan pandangan yang tak ramah. Jaerim pun hanya bisa menunduk.

“Anak-anak, ini ada teman baru kalian. Ibu harap kalian bisa membatunya dan berteman dengannya. Araseo?” tanya ibu kepala.

“Ne…” jawab anak-anak serentak.

“Ayo Jaerim perekenalkan dirimu.”

“Annyeonghaseyo, Kim Jaerim-imnida. Mohon bantuan teman-teman semua,” ucap Jaerim pelan. Tak ada balasan apa pun dari anak-anak lain. Semuanya hanya memandang Jaerim dengan tatapan sinis.

“Baiklah sekarang kalian boleh bermain lagi dan untuk Kang Minhyuk, ikutlah bersama kami,” ibu kepala angkat bicara dan anak-anak segera berhamburan keluar. Seorang anak laki-laki yang bernama Kang Minhyuk itu menghampiri mereka. Jaerim dan Minhyuk berjalan berdampingan mengikuti ibu kepala ke ruangannya. Selama perjalanan Minhyuk terus menatapi Jaerim yang sedari tadi hanya menunduk. Ia merasakan ada kesedihan mendalam di wajah Jaerim dan ada perasaan ingin melindungi gadis kecil ini. Entah dari mana perasaan itu muncul.

Sesampainya mereka di ruangan ibu kepala, Jaerim dan Minhyuk di persilakan duduk. Setelah mengambil beberapa dokumen di lemari, ibu kepala duduk berhadapan dengan mereka.

“Jaerim, ini Kang Minhyuk. Dia akan membantumu beradaptasi di lingkungan  panti asuhan ini. Dia ini anak yang baik dan pintar,” Jaerim hanya membalas dengan anggukan.

“Oiya, kamarmu ada di lantai dua, nomor dua. Semua keperluanmu sudah disiapkan. Mulai sekarang panti asuhan ini akan menjadi rumahmu. Eommonim harap kamu cepat beradaptasi dengan suasana disini,” ujar ibu kepala panjang lebar.

Dalam perjalanan ke kamar Jaerim, baik Jaerim maupun Minhyuk tak ada yang bersuara. Keduanya terjebak dalam diam. Minnyuk kelihatan mencari bahan perbincangan. Tapi tak ada satupun yang terlintas di kepalanya. Akhirnya sampailah mereka di kamar Jaerim. Kamar Jaerim tidak seluas kamarnya di dulu. Ada tiga ranjang dan tiga lemari baju di samping ranjang-ranjang itu. Kasur Jaerim ada di dekat jendela. Melalui jendela itu, Jaerim dapat  melihat seluruh aktivitas yang ada di taman. Minhyuk bermaksud untuk meninggalkan Jaerim diam-diam. Tapi baru beberapa langkah, Minhyuk berbalik arah kembali memasuki kamar Jaerim. Minnyuk pun berjalan mendekati Jaerim yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Tangannya terjulur. Kenapa baru sekarang aku terpikir untuk berkenalan secara langsung, batin Minhyuk.

“Perkenalkan, aku Kang Minhyuk. Usiaku 13 tahun. Aku sudah tinggal di panti asuhan ini sejak lima tahun yang lalu.”

“Aku Kim Jaerim, usiaku 10 tahun,” balas Jaerim datar tanpa membalas uluran tangan Minhyuk. Minhyuk yang merasa canggung hanya tertawa kecil sambil menngerakan tangannya asal-asalan.

“Oh begitu ya. Kalau begitu kau harus memanggilku oppa. Ya sudah, nanti jam satu siang waktunya makan siang. Tempatnya ada di samping aula tempat tadi kau memperkenalkan diri.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Minhyuk segera berlari meninggalkan Jaerim. Dia tidak mengerti kenapa tadi jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Melihat tingkah Minhyuk, Jaerim hanya tertawa kecil. Mulai sekarang hari-hari Jaerim di panti asuhan akan dimulai.

***

            Sudah hampir satu tahun Jaerim berada di panti asuhan. Tapi baginya setahun itu terasa seperti berada di neraka. Tak ada satupun anak-anak panti yang menyukainya. Semuanya selalu menghina dan mengerjainya. Mereka selalu mengatai Jaerim dengan sebutan si buruk rupa karena luka di pelipis dan pipi kirinya itu, semenjak hari itu, Jaerim tak pernah menguncir rambutnya. Rambutnya selalu tergerai menutupi wajahnya yang sebenarnya cantik. Dan mereka semua iri dengan perlakuan ibu kepala yang terlalu baik kepada Jaerim. Tapi ada satu orang yang selalu membantu dan membela Jaerim. Hanya Minhyuk yang mau berteman dengannya. Karena hal itulah Jaerim mengetahui bahwa Minyuk tengah menanti kedatangan noonanya di panti asuhan ini dan menjadi sangat dekat dengan Minhyuk. Jika bukan karena Minhyuk, mungkin saat ini Jaerim sudah menggelandang di jalanan. Sempat beberapa kali terlintas di pikiran Jaerim utnuk kabur dari panti asuhan. Tapi Minhyuk selalu berhasil membujuknya. Menghapus air mata dan memberikan pelukan hangat untuk Jaerim seakan sudah menjadi rutinitas Minhyuk. Apakah semua itu Minhyuk lakukan karena cinta? Entahlah. Terlalu dini bagi anak seusia mereka untuk berbicara tentang cinta. Yang jelas Minhyuk bertekad untuk terus melindungi Jaerim dan Jaerim pun tak ingin berpisah dengan Minhyuk.

Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2001 ini. Sejak tadi siang semua anak-anak panti asuhan sudah sibuk dengan persiapan-persiapan menyambut tahun baru, mereka sibuk mendekorasi aula dan memilih baju untuk nanti malam. Baju itu merupakan baju-baju sumbangan dari para dermawan. Mereka saling berebut untuk mendapatkan pakaian yang terbaik. Sayangnya, Jaerim tak dapat satu helai pun. Sebenarnya Jaerim tak mengerti nanti malam akan ada perayaan apa. Yang dia tahu nanti malam akan ada perayaan besar dan semua orang di panti harus bersiap-siap.

Malam pun datang. Semua persiapan sudah selesai. Anak-anak sudah berkumpul di aula. Tapi seseorang yang Minhyuk tunggu-tunggu tidak kunjung datang. Padahal sebentar lagi acara akan dimulai. Karena khawatir, Minhyuk pun mencari Jaerim di kamarnya. Baru sampai tangga, Minhyuk sudah dikejutkan dengan seorang gadis cantik bergaun pink yang duduk di tangga itu.

“Jaerim-a apa yang sedang kau lakukan disini? Sebentar lagi acaranya akan dimulai,” tanya Minyuk seraya mendekati Jaerim.

“Oppa, aku malu. Semuanya mendapatkan baju baru. Tapi aku hanya memakai gaun pink lama ini,” jawab Jaerim sambil mengerucutkan mulutnya. Kontan hal ini membuat Minhyuk tersenyum. Wajah Jaerim terlihat sangat imut saat cemberut seperti itu.

“Kenapa kau malu? Gaun pink itu membuatmu terlihat cantik. Tunggu, bukankah itu gaun yang kau pakai ketika pertama kali datang kesini?” tanya Minhyuk sambil mengingat hari pertama Jaerim datang ke panti asuhan ini. Hari di mana untuk pertama kalinya Minhyuk terpesona dengan gadis itu.

“Ne, tapi inikan gaun lama oppa. Bagaimana kalau nanti anak-anak menertawaiku?”

“Tidak akan. Sudah ku bilang kau terlihat cantik dengan gaun itu. Apalagi jika kau kuncir sebagian rambutmu,” ucap Minhyuk sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Shireo, aku gak mau bekas lukaku ini kelihatan nanti anak-anak yang lain semakin betah menertawaiku.”

“Ya sudahlah. Lagi pula kalau mereka menertawaimu aku akan memukul mereka satu persatu,” ucap Minhyuk sambil membusungkan dadanya. Jaerim hanya membalas dengan senyuman.

“Kkaja, sepertinya acaranya sudah dimulai.” Minhyuk mengulurkan tangannya. Jaerim membalas uluran tangan Minhyuk. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan menuju aula. Dari aula terdengar lagu-lagu tahun baru. Tiba-tiba saja Jaerim teringat dengan hari di mana dia dan keluarganya mengalami kecelakaan. Semua kejadian itu seperti terputar ulang di kepalanya. Detik demi detik menyakitkan itu jelas sekali dipikiran Jaerim.

“ANDWAE!!!” teriak Jaerim yang langsung berlari menuju ke kamarnya.

“Jaerim!” panggil Minhyuk. Minhyuk yang tak mengerti dengan keadaan ini hanya dapat  mengejar Jaerim.

Minhyuk melihat Jaerim sedang menangis di atas tempat tidurnya sambil memeluk kedua lututnya. Rasanya hati Minhyuk sangat perih seperti di tusuk berpuluh-puluh pedang melihat Jaeirm menangis seperti ini. Tangisannya berbeda dengan yang sebelumnya. Tangisan kali ini lebih kencang dan lebih memilukan. Minhyuk berjalan mendekati Jaerim. Di angkatnya kepala Jaerim yang terbenam di kedua lututnya. Matanya terlihat sangat sembab. Minhyuk pun mengeringkan kedua pipi Jaerim yang sudah di banjiri air mata dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Mata Minhyuk bekaca-kaca ketika melakukanya.

“Waeyo Jaerim-a?” tanya Minhyuk lembut. Jaerim tak membalas. Dia hanya menangis dan menangis. Tak tahan melihat keadaan Jaerim, Minhyuk menarik Jaerim kedalam pelukannya

“Gwaenchana Jaerim-a. Oppa ada disini. Semuanya akan baik-baik saja,” ucap Minyuk menenangkan Jaerim.

Setelah hampir setengah jam Jaerim mengangis dalam pelukan Minhyuk, akhirnya Jaerim angkat bicara.

“Appa, Eomma, Giseok Eonni dan Halmoni…mereka… meninggalkanku ketika kami… menyanyikan lagu itu…” ucap Jaerim di tengah tangisnya. Minhyuk yang tak mengerti ucapan Jaerim hanya bisa diam dan mengelus halus rambut Jaerim untuk menenangkannya. Beberapa saat kemudian Jaerim sudah terlelap di dalam pelukan minhyuk. Dengan susah payah Minhyuk membopong Jaerim dan menidurkannya di tempat tidurnya. Minhyuk pun menyelimuti Jaerim dam kemudian menyingkirkan dengan lembut rambut yag menutupi wajah Jaeirm.

Sebenarnya ada apa denganmu Jaerim-a? oppa sedih sekali melihatmu seperti ini. Lihatlah matamu menjadi bengkak seperti itu. Kau terlihat jelek sekali kalau seperti ini. Melihatmu seperti ini, aku merasa gagal untuk melindungimu. Apakah semua ini ada hubungannya dengan bekas lukamu ini? Shin eommonim pernah bilang kalau kau mendapatkan luka ini dari kejadian yang sangat menyakitkan, batin Minhyuk.

Keesokan harinya setiap Jaerim melihat berita tentang tahun baru dan mendengarkan lagu-lagu perayaan tahun baru pasti dia akan berteriak dan langsung menangis di kamar sambil menutup kedua telinganya. Dia tak ingin mendengar lagu-lagu yang mengingatkannya dengan kejadian pahit itu. Minhyuk yang khawatir dengan keadaan Jaerim akhirnya menanyakan hal ini kepada ibu kepala. Ibu kepala pun menceritakan kecelakaan itu kepada Minhyuk. Akhirnya Minhyuk mengerti, semenjak saat itu Minhyuk selalu menghibur Jaerim dan mengalihkan perhatian Jaerim agar tidak teringat dengan tahun baru maupun kejadian itu.

#Akhir Tahun 2004#

Hampir empat tahun Jaerim berada di panti asuhan. Tahun ini Jaerim berumur 13 tahun, tapi tak pernah sekalipun ia merayakan ulang tahun karena memang tidak ingat kapan ulang tahunnya. Andaikan ada eommanya pasti dia akan merayakan., karena eommanyalah yang sangat hafal dengan ulang tahun Jaerim. Dan semenjak kejadian di tahun baru 2002 itu kehidupan Jaerim di panti asuhan semakin menyedihkan. Anak-anak lain menambah ejekan mereka kepada Jaerim. Mereka bilang Jaerim anak aneh, aneh karena takut dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tahun baru. Apakah Jaerim phobia dengan tahun baru? Bisa dibilang begitu. Menyedihkan sekali, anak seumuran Jaerim mempunyai phobia terhadap perayaan yang seharusnya membuat dirinya senang. Karena hal itu Minhyuk harus ekstra keras untuk melindungi Jaerim. Sama seperti hari ini. Dari pagi Minhyuk selalu berada di sisi Jaerim. Takut anak-anak lainnya menjahili Jaerim. Tapi menjelang sore, Minhyuk diminta oleh ibu kepala untuk menemai Choi ahjumma, salah satu pengasuh, untuk membeli buah-buahan untuk nanti malam. Awalnya dia ingin menolak, tapi Minhyuk tidak pernah bisa menolak perintah ibu kepala.

Disaat Minhyuk sedang pergi, Jaerim menyendiri di pinggir kolam ikan. Anak-anak yang lain melihat situasi ini sebagai kesempatan unutk menjahili Jaerim. Mereka mendorong Jaerim hingga ia tercebur ke kolam ikan. Beberapa dari mereka dengan sengaja menyalakan kembang api untuk menakut-nakuti Jaerim. Jaerim menangis dalan diam, tapi air mata yang keluar dari matanya sangat deras. Untung Minhyuk datang pada saat yang tepat. Diapun mengusir semua anak-anak nakal itu. Minhyuk masuk kedalam kolam dan menyelipkan kedua tangannya ke punggung juga kaki Jaerim. Minhyuk menggendong Jaerim dengan bridal style ke ruang kosong di belakang panti asuhan. Hal ini Minhyuk lakukan agar Jaerim tidak terganggu dengan perayaan tahun baru yang sedang berlangsung di aula panti dan dapat menenangkan dirinya.

 

Jaerim masih menangis dalam diam. Minhyuk pun menyadarkan kepala Jaerim ke pundaknya dan menggenggam tangan Jaerim. Sebelumnya Minhyuk sudah menyelimuti Jaerim dengan jaketnya agar Jaerim tidak kedinginan, mengingat bajunya yang basah kuyup akibat insiden tadi.

“Oppa, aku sudah benar-benar tidak tahan tinggal di panti asuhan ini. Selama empat tahun aku disini, tak pernah sekalipun aku merasakan kebahagiaan. Eomma berbohong kepadaku. Di hari aku akan datang ke panti asuhan ini, eomma bilang kepadaku bahwa aku akan mendapatkan kabar baik. Apakah menderita seperti ini termasuk kabar baik?” Jaerim pun mencurahkan semua isi hatinya.

“Himnaeyo Jaerim-a. oppa berjanji kalau oppa sudah sukses nanti oppa akan membawamu keluar dari semua penderitaan ini dan membuatmu bahagia selamanya. Tahun depan oppa akan lulus SMA dan oppa akan bekerja keras untuk menjadi orang sukses,” janji Minhyuk.

“Yaksokhae?” tanya Jaerim sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

“Ne yaksok,” balas Minhyuk sambil menautkan jari kelingking mereka dan menempelkan jati jempolnya dengan milik Jaerim. Menandakan bahwa Minhyuk bersungguh-sungguh dengan janjinya. Beberapa saat kemudian Minhyuk sudah terlelap di samping Jaerim.

Oppa, mianhae. Jeongmal mianhae. Aku sudah membuatmu kesusahan selama empat tahun ini. Sebaiknya aku menghilang saja dari hadapan mu agar kamu dapat menikmati hidupmu sendiri. Oppa tak perlu lagi menghabiskan waktumu untuk menemani dan menghiburkku. Kuharap kau cepat bertemu dengan nunamu. Oppa annyeong… batin Jaerim. Jaerim pun menyelimuti Minhyuk dengan jaket yang tadi dia berikan untuk Jaerim. Sebelum benar-benar pergi, Jaerim memberikan kecupan pepisahan di dahi Minhyuk.

Keesokan harinya, Minhyuk mendapati Jaerim tak ada disisinya lagi. Di segala penjuru panti pun tak ditemukan sosok Jaerim. Minhyuk tak mencoba untuk mencari Jaerim lebih lanjut walaupun sebenarnya ia panik mengkhawatirkan keadaan Jaerim. Tapi ia memilih untuk menjadi orang sukses dulu baru ia akan mencari Jaerim agar nantinya dia dapat membahagiakan Jaerim seperti janjinya.

#Akhir Tahun 2011#

-Jaerim’s POV-

Kini usiaku sudah 20 tahun dan aku mempunyai seorang eonni. Masih ingat dengan suster Kang? Ketika aku memutuskan pergi meninggalkan panti tepat 7 tahun yang lalu, suster Kang, ani maksudku Hyohoon eonnie melihatku menangis dan ketakutan di emperan toko. Jelas saja aku ketakutan. Aku meninggalkan panti ketika tahun baru dengan phobiaku terhadap tahun baru. Beruntungnya aku, Hyohoon eonnie mengajakku untuk tinggal bersama suaminya, Lee Jonghyun oppa yang merupakan direktur di sebuah perusahaan besar. Selama aku tinggal bersama mereka,  eonnie dan suaminya sangat menyayangiku., eonnie merasa bersalah karena membiarkanku tinggal di panti asuhan mengerikan itu. Setiap tahun baru, mereka pun selalu berada sisiku untuk memenangkanku. Berbagai cara dari hipnotis sampai terapi sudah mereka lakukan untuk menghilangkan phobiaku terhadap tahun baru. Tetapi semua itu tak menghasilkan apa-apa.

Waktu usiaku 16 tahun, aku memutuskan untuk hidup sendiri. Awalnya Hyohoon eonnie melarangku, tetapi setelah aku berjanji akan hidup dengan baik eonni pun mengijinkanku. Dan sekarang aku sudah mempunyai pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran. Walaupun hanya menjadi pelayan, gajiku dapat mencukupi kehidupanku dan dapat menyewa apartemen untuk tempatku tinggal.

Tapi sayangnya hidup sendiri tidak semudah yang kubayangkan. Setiap malam tahun baru aku libur kerja dan hanya menyendiri di kamarku yang gelap. Tak ada yang menenangkan dan menghiburku seperti dulu. Aku selalu melarang Hyohoon eonnie datang ke apartemenku. Aku tak ingin membuat Hyohoon eonni yang sudah sangat baik tehadapku. Aku tak mungkin membiarkannya lagi untuk tidak merayakan tahun baru karenaku. Dan di setiap tahun baru aku selalu terkenang dengan keluargaku yang sampai sekarang tak aku ketahui dimana keberadaan tempat istirahat terakhir mereka. Walaupun aku sudah menyendiri di kamar, kemeriahan tahun baru selalu bisa ku rasakan. Hal ini lah yang membuatku kembali teringat dengan mereka. Aku hanya bisa menangis sambil memeluk lututku di sudut kamar. Badanku juga gemetar ketakutan. Ditengah tangis dan ketakutanku, aku selalu berharap Minhyuk oppa ada disampingku untuk menenangkanku. Semenjak aku meninggalkan panti, tak pernah sedetik pun aku melupakan Minhyuk oppa. Bagaimana bisa aku melupakan orang yang sangat aku cintai dan aku masih menunggu dia menepati janjinya.

***

            Malam ini adalah malam menuju tahun 2012. Seharusnya aku sudah pulang sebelum senja. Tetapi melihat pengunjung restoran yang sangat membludak membuatku tak enak untuk pulang duluan. Sebenarnya bosku sudah memaksaku untuk pulang, tapi aku tetap bersikeras untuk terus bekerja. Akhirnya beliau mengijinkanku bekerja hingga sampai pukul tujuh malam saja. Ketika kami memunjukkan pukul tujuh, aku bergegas pulang. Jalanan mulai ramai dengan orang-orang yang akan marayakan tahun baru. Kurasakan ketakutanku sedikit demi sedikit mulai muncul. Ketika sudah turun dari bus, kupercepat langkahku menuju apartemenku.

“Aaaaaaa……” teriakku ketika aku melihat sekelompok anak kecil sedang bermain kembang api di halaman apartemenku. Tiba-tiba ketakutanku memuncak. Aku pun berlari, menuju kamarku. Ku banting pintu kamar ku tanpa sempat menguncinya dan mulai menangis di sudut kamar seperti biasa. Badanku mulai gemetar. Aku sangat berharap ada seseorang yang datang untuk menenangkanku, seseorang yang sangat kurindukan.

-End of POV-

***

-Minhyuk’s POV-

Hari ini untuk pertama kalinya aku menghadiri perayaan tahun baru di perusahaan tempatku bekerja. Direktur Lee memaksaku untuk datang. Dia pikir aku terlalu sombong karena tak pernah ikut perayaan tahun baru bersama karyawan lain. Bukannya sombong, tapi selama tahun baru aku terus memikirkan keadaan seseorang yang sangat aku sayangi. Aku sangat mengkhawatirkannya.

Sampailah aku di gedung tempat perayaan. Aku sangat bersyukur lift yang ada di depanku saat ini masih muat untuk menampung satu orang lagi. Kuperhatikan orang-orang di sekitarku. Pandanganku berhenti ketika ku lihat seorang wanita berusia tiga puluh tahunan dengan tahi lalat di leher kirinya berdiri di pojok kanan lift. Wajahnya sangat familiar. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri siapakah dia. Angka di bagian atas lift menunjukkan angka 12. Aku pun keluar dari lift karena di lantai inilah perayaan tahun baru itu akan dilaksanakan. Wanita itu dan beberapa orang lainnya juga keluar.

“YA!!! Kang Hyohoon lama sekali kau datang?” kulihat direktur Lee sedang membentak wanita itu. Tunggu, Kang Hyohoon? Bukankah itu nama nunaku yang selama ini kutunggu? Iya benar, tahi lalat itu sama persis seperti miliknya. Segera ku dekati dia dan dengan ragu kuungkapkan jati diriku. Nuna sangat terkejut dan seraya memelukku, dia berkata bahwa selama ini ia mencari diriku. Kami pun larut dalam suasana haru. Setelah beberapa saat melepas rindu, nuna banyak bertanya tentang keadaanku. Aku pun menceritakan semuanya, ku ceritakan juga tentang Kim Jaerim. Mata nuna terbelalak ketika aku menyebut nama itu. Nuna menjelaskan semua tentang Jaerim.

-End of POV-

***

-Jaerim’s POV-

 

Badanku mulai gemetar dengan kencang dan air mataku pun mengalir dengan deras. Bayang-bayang Minhyuk oppa semakin menguasai diriku, tapi hal itu tak mampu meredakan ketakutanku. Aku sangat membutuhkannya saat ini, membutuhkann dirinya yang nyata bukan dirinya yang hanya sekedar bayangan. Tiba-tiba kurasakan daguku diangkat oleh seseorang. Ketika ku buka mataku, samar-samar ku lihat Minhyuk oppa sudah ada di depan mataku. Tapi cepat-cepat ku hapus pikiranku itu. Mungkin ini hanya halusinasiku saja. Ditambah lagi saat ini pandanganku kabur karena air mata.

“Oppa, bisakah kau datang kepadaku dalam wujud yang nyata? Tidak hanya sekedar halusinasi seperti ini?” tanyaku kepada bayangan itu dengan suara serak.

“Jaerim-a ini oppa. Oppa benar-benar nyata,” jawab bayangan itu dengan suara bergetar seperti menahan tangis.

“Apakah ini benar kau oppa?” tanyaku lagi sambil ku sentuh kedua pipinya dengan kedua telapak tanganku. Hangat. Rasanya sangat nyata. Akhirnya aku percaya kalau ini nyata, tak sekedar halusinasiku saja.

“Oppa, kau kemana saja? Aku sangat ketakutan,” ucapku dengan air mata yang semakin deras mengalir. Minhyuk oppa segera menarikku kedalam pelakukannya.

“Gwaenchana Jaerim-a. oppa ada disini,” ucap Minhyuk oppa seraya membelai rambutku lembut seperti dulu. Minhyuk oppa merapatkan dekapannya dan kurasakan pundakku basah, rupanya oppa juga menangis.

“Oppa, jeongmal bogoshipoyo.”

“Nado, jeongmal bogoshipoyo.” Beberapa saat kemudian Minhyuk oppa menaruh kepalaku di pangkuannya. Dia banyak bercerita tentang kerja kerasnya untukku dan cerita bahwa dia menemukan nunanya yang ternyata istri direkturnya dan dia juga memberitahuku dia tau alamatku dari nunanya itu., setelah kutanyakan ternyata nunanya itu Hyohoon eonni. Setelah bercerita panjang lebar, Minhyuk oppa mengangkat bahuku dan membuatku berhadapan dengannya. Oppa menatap lembut mataku.

“Jaerim-a mianhae karena baru sekarang aku bisa menemukanmu. Sekarang aku akan menetapi janjiku. Jika aku sudah menjadi orang yang sukses aku akan membawamu keluar dari semua penderitaan dan membahagiakanmu. Jaerim-a saranghae… sejak kau pertama kali datang ke panti asuhan sebenarnya aku sudah menyukaimu. Gadis kecil dengan gaun pink yang telah memikat hatiku. Dan karena itulah aku terus melindungimu. Sekarang ijinkanlah aku menjadi pelindungmu untuk selamanya. Kim Jaerim, nawa kyeoronhaejullae (would you marry me)?” aku sangat terkejut dengan pertanyaan Minhyuk oppa. Tanpa pikir panjang segera ku jawab pertanyaan itu.

“Gwaenchana oppa. Nado saranghae dan jadilah malaikat penjagaku selamanya.” Beberapa saat kemudian, kurasakan bibir minhyuk oppa menyentuh bibirku dengan lembut. Terdengar suara kembang api di luar sana, tapi sekarang aku tak akan menutup kupingku lagi. Aku tak takut lagi. Buat apa? Sudah ada pelindungku disini. Kunikmati sentuhan bibir Minhyuk oppa yang diiringi dengan bunyi kembang api.

“Oppa, jeongmal gomawoyo. Baru kali ini kurasakan tahun baru yang menenangkan,” ucapku setelah tautan bibir kami terlepas.

“This is special new year eve for you my girl,” balas Minhyuk oppa dan kami pun berpelukan. Ternyata benar eomma tak pernah membohongiku. Panti asuhan itu memang benar-benar kabar baik. Karena dari sanalah aku dapat bertemu dengan cinta sejatiku. Dan kini aku dapat menepati janjiku kepada appa untuk bahagia. Appa, Eoma, Giseok Eonni, Halmoni, berbahagialah kalian di alam sana seperti aku saat ini. Dan satu lagi, tak akan ada lagi tahun baru yang menakutkan dan menyedihkan. Hei, sepertinya phobiaku sudah hilang hehe 😉 *wink*

___FIN___

 

 

How to VOTE?

* Jika kamu menyukai fanfiction ini, cukup tulis kata “SUKA” di kotak komentar di bawah (bukan menekan tombol like).

* No silent readers here! Hargai dengan memberikan komentar “SUKA” jika kalian memang menyukai fanfiction ini.

* Jika kamu sudah voting di WordPress, jangan voting (lagi) di Facebook. Cukup salah satu.

* Voting bisa dilakukan lebih dari 1 fanfiction, kalau kalian suka semua fanfiction peserta ya komen aja semuanya

* Para peserta lomba diperbolehkan voting, asal jangan voting diri sendiri

Terima kasih ^^

13 thoughts on “[LombaFF] New Year For You

  1. SUKA ^__^
    Walaupun gak begitu hapal mana CN Blue, tapi ff ini buat gua tetep baca sampe akhir
    ni FF layak nih jadi juara 😀

  2. LIKE ^_^
    walaupun gak begitu hapal dengan nama personel CN Blue, tapi gua tetep baca sampe akhir
    dan menurut gua ni FF layak lahhh jadi pemenang 🙂

Leave a reply to Anonymous Cancel reply