Goodbye Holiday

wakaka

 

Title : Goodbye Holiday

Author : Minhyuk’s Anae

Rating : PG-15

Length : Ficlet

Genre : Romance, Fluff, AU

Cast :

–          Kang Min Hyuk

–          Jung Krystal

–          Other Cast

Disclaimer : My Own Imagination.

Note : re-post : aninjustanin.blogspot.com

———————————————————***——————————————————-

Krystal’s POV

Terik matahari menyambutku hangat ketika baru saja kulangkahkan kakiku di sebuah pulau yang terletak di negara asalku, Korea Selatan. Bau khas pantai tak lupa menyambutku dan membuatku tak sabar ingin bermain dan menjelajahi daerah ini.

Ku seret koperku dengan bersemangat saat memasuki sebuah hotel yang letaknya tak jauh dari arah barat Pantai Hyeopjae, Pulau Jeju. Ku dekati resepsionis untuk mengambil kunci kamar yang telah ku pesan secara online.

I’m Krystal Jung from Los Angeles. I’ve been reserved a room from this cottage a week ago.” Ucapku.

“ Ah, yes, Miss Jung. Room 145.” Ucap sang resepsionis dan aku langsung melangkah menuju tempat yang ditunjukkan padaku.

Aku tersenyum memandang hamparan laut biru yang terlihat begitu jelas dari kamarku. Harusnya aku rajin pulang ke Korea dan berlibur di sini. Sayangnya, orang tuaku terlalu sibuk sehingga jarang mengizinkanku untuk pulang ke Korea.

Ah ya, aku bahkan lupa mengenalkan diriku. Namaku Krystal Jung. Aku lahir dan besar di Los Angeles, Amerika Serikat meski ayahku asli orang Korea Selatan. Selama kurun waktu 19 tahun itu, hanya sekitar lima kali aku pulang ke Korea. Untuk kali ini, aku memaksa kedua orang tuaku untuk mengizinkan aku sendirian ke sini, tentu saja untuk liburan. Meski awalnya kakak perempuanku berencana ikut tapi ia tiba-tiba mendapat tugas khusus dari kampusnya jadi aku tetap liburan sendiri.

Seorang lelaki menatapku aneh begitu aku baru saja menutup pintu kamarku. Aku mengacuhkannya dan lebih memilih segera berlalu dan menyambut pantai yang sudah memanggilku sejak aku datang tadi.

Aku mengelilingi jalanan di pinggiran pantai dengan sepeda yang ku sewa di hotel tempatku menginap. Tiba-tiba perutku terasa lapar hingga aku berhenti di salah satu restoran hamburger di sana. Selagi makan, aku tiba-tiba berpikir bahwa liburan sendirian itu tidak menyenangkan seperti yang kukira. Apalagi di sekelilingku terdapat beberapa gerombolan orang yang saling berbagi tawa. Sedangkan aku hanya makan dan jalan-jalan sendirian.

Makanan yang ada di mulutku hampir keluar ketika seorang lelaki menghampiriku dengan tiba-tiba.  Aku ingat benar bahwa lelaki itu adalah lelaki yang ku temui di hotel saat aku ingin pergi tadi. “ Kau Krystal Jung?” Tanyanya misterius membuatku takut.

“ Mommy, kalau tahu bahwa berlibur sendirian bisa berbahaya seperti ini aku ingin pulang saja.” Rintihku dalam hati. “ Siapa kau?” Tanyaku takut.

Lelaki itu tertawa, “ Aku anak dari pemilik hotel tempatmu menginap. Kartu identitasmu terjatuh di depan pintu kamar saat aku lewat. Awalnya aku ingin langsung memberimu ini tapi kau buru-buru pergi.” Aku menghela nafasku lega. Segera ku periksa dompetku dan ternyata benar bahwa kartu identitasku hilang.

“ Jadi kau mengikutiku dari hotel sampai ke sini?” Tanyaku dingin dan lelaki bertubuh tinggi itu mengangguk. “ Aku pergi dulu.” Ujarnya sambil lalu.

“ Hei, hei, hei!” Panggilku asal dan dia menoleh. “ Terima kasih.” Ucapku dan ia membalasnya dengan anggukan dan senyuman lalu pergi.

Tiba-tiba aku merasa tidak enak telah mencurigainya telah menguntitku padahal lelaki itu bermaksud baik padaku. Aku menggeser kursi tempatku duduk dan berlari ke luar mengejarnya. Lelaki itu sedang memutar sepedanya saat aku menghampirinya. Kutawarkan ia untuk kembali masuk ke dalam dan aku traktir makanan sebagai rasa terima kasihku padanya.

“ Tidak, terima kasih.” Tolaknya begitu halus membuatku lebih merasa tidak enak lagi. “ Ah, ayolah. Sebentar saja.” Tawarku lagi yang kini menarik tangannya paksa.

“ Hei, hei. Lepaskan aku, Agassi.” Ucapnya membuat langkahku berhenti secara spontan. “ Kau benar-benar tidak mau?” Tanyaku kecewa. Dia tertawa lagi, “ Bukan itu. Lihatlah sepedaku terparkir secara sembarangan seperti itu.” Tunjuknya dan membuat pipiku merah karena malu.

Kami makan dengan diam dan canggung. Aku bukan tipe orang yang cepat bergaul dengan orang-orang asing sehingga rasanya terlalu kaku untuk membuka pembicaraan. Kadang aku hanya berdeham untuk mengatasi rasa canggungku.

“ Kau tinggal di Los Angeles?” Tanya lelaki itu. Aku mengangguk dan menatapnya bingung sebelum ia menjawab, “ Aku tahu dari kartu identitasmu tadi.” Seolah ia bisa membaca pikiranku. Aku menjawab itu dengan senyuman.

“ Kau di sini sendirian?” Tanyanya lagi dan aku lagi-lagi hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. “ Wow, kau begitu berani! Bahkan usiamu baru 19 tahun.” Ucapnya. “ Tentu saja aku tahu itu dari kartu identitasmu.” Terusnya.

“ Kau pemilik hotel itu?” Tanyaku membuka suara. “ Emm, lebih tepatnya calon. Karena orang tuaku yang memilikinya.” Jawabnya ramah.

“ Namamu siapa?” Kini aku mulai menemukan alur pembicaraan dan mulai banyak bertanya. “ Kang Minhyuk.” Jawabnya.

“ Usiamu berapa?”

“ Hei, apakah aku sedang di-interview?” Tanyanya dengan tawa ringan. Membuatku ikut membalas tawa ringannya. Suasana canggung itu hilang entah ke mana. Tiba-tiba saja aku merasa kami menjadi begitu akrab. “ Hahaha aku bercanda. Umurku 22 tahun.”

“ Ah, kau Oppa kalau begitu?”

“ Jangan sebut aku Oppa. Itu agak aneh bagiku. Tetap panggil Minhyuk saja.” Jawabnya.

“ Hmm, Krystal-ssi, aku harus pergi duluan karena ada urusan. Terima kasih atas traktirannya dan selamat berlibur.” Ucapnya bangkit. “ Kau pergi? Ah, ya, terima kasih juga atas kartu identitasku.” Jawabku dan lelaki itu benar-benar pergi.

Aku terus menatap punggungnya yang perlahan hilang dibalik pintu. Entah mengapa dan bagaimana tiba-tiba saja sebuah senyuman tersungging di pipiku. Membuat hatiku berdebar dan ingin mengulang apa yang telah terjadi tiga puluh menit yang lalu.

-***-

Gulungan ombak berkali-kali mengenai kakiku selagi aku melangkah menyusuri pinggiran pantai. Semburat oranye di arah barat menyambutku hangat membuatku bahagia menyaksikan matahari terbit pagi ini. Liburan kali ini meski kesepian tapi aku bisa merasakan beban-bebanku seolah menghilang.

Tiba-tiba sebuah tangan menarikku dan membuatku jatuh dalam pelukannya. Aku hampir menjerit sebelum melihat siapa pemilik tangan itu. “ Ombaknya besar, Agassi.” Ucap lelaki yang ku kenal kemarin itu dengan canggung dan segera melepas pelukannya. Aku membalasnya dengan senyuman selagi mengatur nafasku yang mendadak hilang tadi. Dia menyelamatkanku lagi. “ Minhyuk-ssi, terima kasih.” Ucapku dan dia hampir pergi lagi sebelum ku tarik tangannya.

“ Apa kau sibuk hari ini?” Tanyaku. Dia menggeleng, “ Seminggu ini aku free. Kenapa?”

“ Apa kau mau menemaniku jalan-jalan? Setidaknya kau menjadi tour guide-ku.” Dia mengangguk setuju. “ Boleh, itu akan menyenangkan ku kira.” Jawabnya membuat senyumanku merekah lagi.

Kami berjalan menyusuri lingkungan sekitar pantai. Kadang-kadang berhenti di beberapa toko aksesoris yang menjual kerang-kerang yang di hias. Minhyuk begitu ramah dan sabar selama menemaniku. Ia membuatku nyaman dan menganggapnya seolah aku telah mengenalnya lebih lama.

“ Sebenarnya aku ingin sekali pindah ke Korea. Namun ibuku selalu melarangnya.”

“ Apa kau sudah kuliah?” Tanyanya. Aku menggeleng, “ Belum. Aku baru saja lulus ujian SMA.”

“ Lalu kau berencana kuliah ke mana?” Tanya Minhyuk yang masih asyik menyendokkan es krim ke mulutnya. “ Entahlah. Aku ingin sekali masuk Universitas Seoul tapi ibuku menyuruhku masuk Universitas Colombia.”

“ Tidak berencana mengambil kuliah di Universitas Harvard?”

“ Hei, aku tidak secanggih itu hahahaha.” Jawabku dan Minhyuk ikut tertawa. Aku baru saja menyadari bahwa lelaki ini sering sekali tertawa dan tersenyum. Membuat wajahnya kian berseri dan manis.

“ Kau sendiri tidak kuliah?” Tanyaku dan ia menjawab, “ Kuliah. Aku mengambil kuliah di fakultas manajemen Universitas Seoul.”

“ Wow! Daebak!” Seruku. “ Biasa saja. Sebenarnya aku ingin masuk ke fakultas musik tapi kau tahu sendiri bisnis keluargaku menuntutku untuk masuk ke bisnis.”

“ Hei, suka atau tidak suka kau harus ikhlas dengan keputusanmu yang sekarang. Kalau kau merasa terpaksa, itu bisa berdampak buruk bagi prestasimu.” Ucapku. “ Kau lucu sekali berbicara seperti itu. Terlihat lebih dewasa hahaha.” Jawabnya sambil mengacak rambutku dan membuat suasana tiba-tiba kaku.

Mian.” Ucapnya merasa tidak enak. “ Gwaenchanha.

“ Aku tidak pernah merasa terpaksa dengan masuk ke fakultas manajemen. Bisnis sudah menjalar ke darahku membuatku sedikit lebih santai saat masuk ke jurusan itu.” Lanjut Minhyuk.

“ Kau sendiri ingin masuk ke jurusan apa?”

“ Kedokteran. Eum, sebenarnya Sastra Inggris tapi karena beberapa masukan aku jadi mengubah niatku ke kedokteran.” Jawabku santai. Minhyuk mengerutkan dahinya, “ Ibuku bilang setiap penulis tidak bisa jadi dokter dan setiap dokter bisa saja jadi penulis.” Lanjutku membuatnya mengangguk mengerti.

“ Kata-kata ibumu bagus. Sedikit menginspirasiku. Setidaknya pebisnis bisa jadi musisi, kan? Sedangkan musisi belum tentu bisa jadi pebisnis yang hebat.” Ucapnya semangat.

“ Memangnya kau suka menulis? Menulis apa? Cerpen? Puisi?”

“ Semuanya.” Jawabku cepat. “ Aku selalu menulis ketika hatiku sedang buruk. Itu membuatku seolah lepas dari beban.”

“ Kau sendiri suka bermain musik apa?”

“ Aku seorang drummer di kampusku.” Jawab Minhyuk. “ Wow, daebak!” Pujiku lagi membuat senyum manis itu keluar lagi.

Kami berjalan lagi menyusuri pantai. Sesekali Minhyuk menggodaku dengan menyipratkan air dan tentu saja aku membalasnya. Lalu kami duduk dan menyaksikan matahari terbenam indah di sisi timur pantai.

Semua kegiatan itu terus berjalan hingga tiga hari. Membuat kami semakin dekat dan aku tidak merasakan kesepian. Sesekali ku tatap wajahnya yang begitu tampan, membuat hatiku kadang berdebar sendiri.

“ Kau suka sekali menatapku, ya?” Tanya Minhyuk mengagetkanku. Membuatku kelimpungan dan mencari berbagai alibi. “ Tidak, aku tidak menatapmu.” Jawabku kaku. Minhyuk terkekeh dan mengacak rambutku pelan. Membuat pipiku memanas dan jantungku berdebar.

***

Aku menatap koperku yang terbuka dan siap disusun ulang. Ku hela nafasku berat dan terasa terpaksa. Aku ingin di sini lebih lama lagi tapi aku tetap harus kembali ke Los Angeles untuk menjalani kehidupanku.

Setelah mengumpulkan niatku untuk menyiapkan segala sesuatu yang harus ku bawa pulang, aku mulai menyusun dan merapikan semuanya. Tiba-tiba sebuah foto polaroid yang ku ambil tadi sore terjatuh tepat di bawah kakiku dan membuat hatiku sedikit sakit. Foto itu diambil saat menyaksikan sunset dengan Minhyuk dan lelaki itu terlihat begitu bahagia di situ.

Aku bahkan baru sadar bahwa aku belum bilang ke Minhyuk bahwa besok aku harus pulang. Sepertinya besok pagi aku harus segera menemui Minhyuk untuk mengucapkan salam perpisahan mengingat ini sudah pukul sepuluh malam jadi aku tidak mungkin kan keluar mencari Minhyuk.

Sinar matahari masuk ke dalam kamar lewat celah jendela yang ku biarkan sedikit terbuka tadi malam. Ku buka mataku perlahan dan melihat jam dinding. Dengan segera dan bersemangat aku bangun dan mandi.

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku berhambur keluar ke tempat Minhyuk biasanya ada. Tapi tak ku temukan sosoknya itu. Aku melirik jam tanganku dan waktuku sedikit lagi. Perlahan pasrahku datang hingga aku berlari kembali menuju hotel.

Excuse me, apa kau melihat Kang Minhyuk?” Tanyaku pada salah satu resepsionis. “ Tuan Minhyuk? Anda mengenalnya?” Tanyanya. Aku mengangguk. “ Dia baru saja pergi satu jam lalu ke Seoul. Katanya ia harus manggung hari ini di sana.” Jawabnya.

Tubuhku langsung lemas. Aku menarik secarik kertas yang ada dan menulis beberapa kata perpisahan untuk lelaki itu lalu meminta sang resepsionis untuk menyampaikannya ke Minhyuk.

Dear Kang Minhyuk,

Waktu berjalan begitu cepat, ya? Hingga tidak terasa waktu liburanku sudah habis. Pagi ini aku mencarimu di tempat biasa. Tapi aku tidak menemukanmu xoxo

Terima kasih atas waktu yang kau luangkan untukku selama beberapa hari ini. Kau membuat liburanku menjadi tidak datar ^^ Terima kasih sekali lagi.

Aku pergi dulu. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu.

Krystal Jung

“ Kau harus menyampaikannya, ne?” Resepsionis itu mengangguk.

Aku kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk check out. Setelah itu aku keluar dan berjalan menuju bandara.

Liburan yang tak terlupakan untukku. Bersama seseorang yang asing tapi terasa begitu dekat. Aku menatap hamparan laut yang terlihat jelas dari sebuah ruangan di bandara tempatku berdiri. Memandang tempat-tempat yang ku datangi selama beberapa hari ini yang bisa terlihat dari sini. Mengingat sebuah kenangan yang terasa seperti mimpi.

Panggilan penumpang telah berkali-kali ku dengar. Ku langkahkan kakiku meninggalkan tempat ini. Tempat yang membuatku mengerti suatu hal meski terlambat.

Aku menyukai Minhyuk meski mulai sekarang aku akan menganggapnya hanya sebagai mimpi terindah yang pernah ku temukan. Aku menyukai seorang yang asing dan entah kapan kami akan bertemu lagi.

Sampai jumpa, kenangan Pulau Jeju yang indah. Semoga liburan berikutnya aku bisa menemukan sosoknya lagi.

-***-

 

32 thoughts on “Goodbye Holiday

  1. How a beautiful ff! Aaaa I love it . Perfecto… I wish U make us the squel of this story. Really want to know what happen at the future time when minhyuk read Soojung’s letter u-u fighting

  2. ini sad ending nih cerita’ny?
    sperti’ny masih ng’gantung ya?
    atau bakal ada sequel’ny?
    ah semoga,
    🙂

    suka alur cerita’nya,
    rangkaian kalimat’nya jga bagus,
    suka dh, neomu joah…

    daebak,

  3. Aku suka sama cara authornya nuangin ke tulisan, itu jelas dan pas bgt. Ga bertele tele terus kaya novel gitu. Lanjutin nulisinnya ya thoooor ^^

Leave a reply to Zahra Cancel reply