[FF Competition] Our Fate

Judul   : Our Fate

Genre : Romance – sad ending

 

Kau membuka matamu perlahan, kemudian kembali menutupnya setelah terkena kilatan sinar lampu. Lagi, kau mencoba membuka manik kelam mu tapi kali ini lebih pelan—menyesuaikan retina matamu dengan cahaya yang ada. Setelah terbuka sempurna, kau memperhatikan setiap sudut ruangan yang bernuansa putih itu dan menemukan sosok hyungmu tertidur di sofa tak jauh dari tempatmu berbaring.

Suara beberapa mesin dan aroma obat-obatan membuatmu yakin jika kau telah terjebak di rumah sakit. Terlebih dengan sebuah masker oksigen yang terpasang diwajahmu dan selang infuse yang menusuk pergelangan tanganmu.

Apa yang terjadi ?

Aku kenapa ?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam pikiranmu layaknya kaset usang. Kau terdiam, perlahan  mengumpulkan kepingan demi kepingan ingatan sebelumnya, tapi nihil tak ada yang dapat kau ingat kecuali saat kau pergi ke kantor bersama hyungmu tadi pagi.

Tadi pagi ? benarkah ? Kau bahkan tidak yakin kau pergi bersama hyungmu tadi pagi. Kau tidak tahu sudah berapa lama kau terbaring disini. Satu harikah ? satu minggu ? satu bulan—ntahlah.

“Jonghyun ?” Sebuah suara  yang kau kenal menyadarkanmu dari ketakutan dan kebingungan yang membelenggumu. “kau sudah sadar ?”

Kau menghembuskan nafasmu dengan lega saat melihat hyungmu berdiri di samping ranjangmu sambil menggemgam jemarimu yang terasa dingin. Mencoba menenangkanmu.

“Hyung apa yang terjadi ?” Tanyamu cepat, manik matamu menatap dalam iris kecoklatan hyungmu—menanti jawaban.

“Kau tak ingat apa yang terjadi ?” Hyungmu balik bertanya, suaranya terdengar gusar, maniknya menatap matamu dengan gelisah sekaligus khawatir. Kau menggeleng lemah, “Aniya. Terakhir yang aku ingat saat kita pergi tadi pagi ?”

Meskipun samar Kau bisa melihat senyuman getir yang tercetak di wajah hyungmu—yang membuatmu kembali terjatuh dalam lembah ketakutan.“Kau kecelakaan Jonghyun.” Ujar hyungmu lirih “Dan kau telah koma empat bulan“

“A-apa ?” Tanyamu tak percaya

“Dokter juga bilang kau mengalami kelumpuhan sementara pada kakimu.”

Dan Kau hanya dapat membisu setelah tertampar kenyataan yang tak pernah kau perkirakan sebelumnya.

.

.

Kau kembali mendesah—ntah sudah keberapa kali sejak satu jam lalu—sambil memandang taman rumah sakit melalui jendela di ruanganmu diatas kursi roda. Tidak terasa 10 hari sudah kau melewati harimu dibalik dinginnya dinding ruang rawatmu. Bosan dan kesepian menjadi teman setiamu selain kesunyian. Tanpa sengaja pandanganmu tertumbuk pada cincin yang melingkar di jari manismu, mengingatkanmu pada sosok gadis cantik yang beberapa hari ini tak pernah terlintas dalam benakmu.

Kau baru sadar Hyun Ae—tunanganmu itu, tak pernah datang menemuimu semenjak kau sadar dari koma. Hyungmu pun tak pernah membahas tentang Hyun Ae, seperti sedang menutupi sesuatu.

“Kau dimana Hyun Ae ?” Lirihmu pelan “Apa kau telah meninggalkanku karena sekarang aku harus duduk di kursi roda sialan ini, Hyun Ae ?”

Kau tertawa pelan, menertawakan nasibmu yang dipermainkan oleh tuhan. Sekarang hidupmu telah hancur, kau cacat dan ditinggalkan oleh tunanganmu. Menyedihkan bukan ? Bahkan kau heran kenapa malaikat tidak mencabut nyawamu saja agar kau terlepas dari takdir yang kejam ini.

“Aniya, Oppa. Aku tidak meninggalkanmu.”

Suara itu membuatmu terkejut, suara yang sangat kau rindukan. Dari pantulan kaca kau dapat melihat Hyun Ae sedang memelukmu dari belakang, menenggelamkan kepalanya di bahumu. Seulas senyuman terbentuk di wajah tampanmu, dengan cepat kau memutar kursi rodamu dan melihat tunanganmu itu telah berdiri di depanmu.

“Kupikir kau sudah meninggalkanku, karena sekarang aku harus memakai kursi roda. Kupikir kau telah—“

”Aku bukan yeoja seperti itu, oppa. “ Potong Hyun Ae cepat seraya menyamakan tingginya dengan tinggimu yang duduk di kursi roda. “Lagipula ini hanya sementara. Kau pasti akan bisa berjalan lagi setelah mengikuti terapi. Dan aku akan selalu disampingmu sampai akhir.”

Kau membawa Hyun Ae kedalam pelukanmu, menciumi puncak kepalanya dengan sayang. Kau begitu takut kehilangan Hyun Ae, bahkan kau tak tak tahu harus menjalani hidup seperti apa jika Hyun Ae tak ada di sampingmu lagi.

“Kau tahu, saat kupikir aku sudah kehilanganmu yang ada di benakku hanyalah mengkhiri hidupku. “ Ucapmu setengah berbisik seraya menatap mata Hyun Ae, “Jeongmal Saranghae Hyun Ae. Jangan pernah tinggalkan aku.”

Hyun Ae tersenyum mendengar ucapanmu, “Nado saranghae, oppa. Kekuatan cinta kita terlalu besar oppa, tak ada yang dapat memisahkan kita meskipun itu maut.” Jemari lentiknya meraba wajahmu, menikmati setiap lekukan di wajah tampanmu “Bagaimana kalau kita pergi berjalan-jalan ke taman  dan membeli es krim, oppa ?”

Kau mengangguk sambil tertawa kecil,”Tentu. Harusnya kau datang lebih cepat dan menyelamatkanku dari kebosanan ini Hyun Ae”

“Aku hanya akan datang saat kau memikirkanku, oppa.” Jawab Hyun Ae sambil mencubit pelan hidungmu yang membuat tawa kalian berdua pecah. “Kita tinggalkan pesan untuk hyungmu agar ia tak kebingungan.”

Kemudian Hyun Ae mendorong pelan kursi rodamu keluar ruangan setelah meletakkan secarik kertas di atas tempat tidur.

Hyung, aku pergi berjalan-jalan ke taman bersama Hyun Ae.

Jonghyun

.

.

Langit pagi ini bewarna cerah, angin hangat musim semi berhembus pelan menemanimu yang terduduk di bawah pohon Azalea dengan semangkuk es krim cokelat di pangkuanmu. Tak jauh dari tempatmu duduk, Hyun Ae sedang mengumpulkan beberapa tangkai bunga liar yang menarik perhatiannya. Rambutnya yang kecokelatan tergerai bergerak-gerak tertiup angin, kulitnya terlihat berkilau tertimpa cahaya pagi membuatnya terlihat begitu cantik di matamu.

Kau menelusupkan tanganmu ke saku celanamu, mengambil sebuah kotak kecil berlapis beludru merah yang berisi sepasang cincin dengan ukiran namamu dan nama Hyun Ae disisinya. Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk membahagiakan Hyun Ae setelah kejadian buruk yang menimpa kalian empat bulan terakhir.

“Hyun Ae, kemarilah. Kau harus mencoba es krim cokelat ini” Panggilmu setengah berteriak setelah sebelumnya memasukkan cincin yang bertuliskan nama Hyun Ae ke dalam es krim. Terlihat Hyun Ae berlari kecil menghampirimu dengan segemgam bunga liar di tangannya.

“Kau tahu oppa, aku sudah menghabiskan semangkuk besar es krim cokelat tadi. Aku tak mau makan es krim lagi. Kau mau aku menjadi gendut, eoh ?” Tanya Hyun Ae seraya menatap tajam ke arahmu yang tertawa mendengar perkatannya.

“Pabbo, satu sendok es krim tak akan membuatmu gendut, HyunAe.” Jawabmu sambil mencubit pipi Hyun Ae, “Lagi pula aku tidak keberatan memiliki calon istri yang gendut.”

Hyun Ae memukul lenganmu pelan, “Dasar kau ini sangat menyebalkan, Oppa”

“Sudahlah, buka mulutmu biar kusuapi kau satu sendok es krim cokelat istimewa” Ujarmu sambil menyodorkan satu sendok penuh es krim ke depan wajah Hyun Ae.

“Kau harus bertanggung jawab kalau aku berubah menjadi gendut, oppa!” Ancam Hyun Ae sebelum membuka mulutnya dan memakan es krim yang kau berikan.

Hyun Ae memakan es krimnya dalam diam, menikmati rasa es krim yang aneh. Rasa besi yang berlapis rasa manis cokelat dan kelembutan tekstur es krim. Saat es krim di mulutnya hampir habis, ia merasakan sebuah benda asing berada di mulutnya—diantara lelehan es krim. Dengan cepat ia mengeluarkan benda itu dan mendapati sebuah cincin berukirkan namanya.

Hyun Ae menatapmu dan cincin yang ada di gemgamannya secara bergantian, tak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Oppa, ini—“

“Jung Hyun Ae, mau kah kau menikah dengan ku ?” Tanyamu memotong perkataan Hyun Ae dengan senyuman di wajahmu. Hyun Ae hanya menatapmu bingung lalu tertawa kecil setelah memudari kebodohannya dan kekonyolanmu.

“Apakah tidak ada cara yang lebih romantis lagi, eoh ?” Kata Hyun Ae masih sambil tertawa, ia mencubit gemas hidungmu “meskipun begitu, aku mau menikah denganmu.”

Kau tersenyum mendengar jawaban Hyun Ae lalu mendekapnya, membawanya ke dalam pelukanmu. Kebahagiaan tergambar jelas diwajahmu, “Terima kasih, Hyun Ae. Jeongmal Saranghae chagia.”

“Nado saranghae, oppa” Jawab Hyun Ae “Lalu kapan kita menikah ?”

“Bagaimana kalau minggu depan ?” Usulmu yang dijawab anggukan oleh Hyun Ae. Lalu ia melepaskan pelukanmu, maniknya menatap iris mu. Kalian berdua sama-sama telah terjebak dalam dunia kalian sendiri. Mengagumi satu sama lain.

“Jonghyun !”

Kau menoleh kearah sumber suara itu dan mendapati Hyungmu telah berlari menghampirimu, wajahnya terlihat berantakan. Kau kembali mengalihkan pandanganmu, menatap tempat disampingmu—tempat Hyun Ae tadi—tapi tak ada siapapun disana. Hyun Ae telah pergi seolah tertiup angin. Tak ada Hyun Ae, tak ada cincin kalian, semua menghilang kecuali dirimu yang masih terduduk disana dengan semangkuk es krim yang telah meleleh dipangkuanmu.

“Hyung, kau lihat Hyun Ae pergi ?”Tanyamu saat hyungmu berdiri dihadapanmu dengan nafas tersenggal. “Kita akan menikah hyung, tapi kenapa Hyun Ae menghilang sekarang. Kau tahu kemana dia pergi hyung?”

Dan Hyungmu hanya dapat mengepalkan tangannya, membuat jemarinya memutih saat dirinya kembali diingatkan oleh kenyataan.

“Kalau begitu dia akan datang di hari pernikahan kalian, Jonghyun.”

.

.

Kau berdiri dibawah payungan pohon cheery blossom bewarna merah muda, di depanmu berdiri seorang pastur yang membawa alkitab, tubuhmu terbalut dengan tuxedo hitam yang menambah ketampananmu. Disampingmu Hyun Ae menggenakan gaun putih berpayet, wajah cantiknya tertutup kain putih tipis, di rambutnya tersemat tiara,  jemari-jemarinya yang terbungkus sarung tangan menggemgam erat rangkaian tulip bewarna merah muda. Ternyata Hyungmu benar, Hyun Ae benar-benar datang di hari pernikahan kalian.

Tak ada gereja, tak ada altar maupun suara lonceng ataupun bisikan para undangan. Yang ada hanyalah aroma Cherry Blossom yang memabukkan serta belaian lembut dari semilir angin—seperti yang Hyun Ae inginkan. Sang pendeta memulai upacara pernikahan dengan membaca bait dari salah satu ayat dalam alkitab. Kau tak begitu mendengarkan perkataan pendeta itu, kau sibuk menenangkan degup jantungmu yang berdebar-debar.

“Lee Jonghyun bersediakah engkau menerima Jung Hyun Ae sebagai istrimu, di dalam keadaan susah dan senang, saat sakit maupun sehat, sampai maut memisahkan kalian berdua ?” Tanya sang pendeta.

“Ya. Saya bersedia.” Jawabmu cepat, tak ada keraguan di dalam suaramu.

“Jung Hyun Ae bersediakah engkau menerima Lee Jonghyun sebagai suamimu, di dalam keadaan susah dan senang, saat sakit maupun sehat, sampai maut memisahkan kalian berdua ?”

“Ya, saya bersedia.”

“Silahkan mempelai pria untuk mencium pasangan anda.” Ucap sang pendeta yang membuat Hyun Ae malu—kedua pipinya bersemu merah.

Kau hanya dapat tersenyum, kau mendekati Hyun Ae lalu membuka secara perlahan kain yang menutupi wajah cantiknya. Membuat Hyun Ae menengadahkan kepalanya menatap manikmu. Kau menangkupkan tanganmu di pipi Hyun Ae, lalu mencium kening istrimu itu lama. Ciuman lembut yang mampu membuat Hyun Ae terlena.

Hyun Ae menatap kesal kearahmu, “Kupikir kau akan mencium bibirku”

Kau tertawa renyah melihat reaksi istrimu itu, “Jangan marah begitu, tentu saja aku akan mencium bibirmu tapi sebelumnya aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu.”

You’re lovely

You’re more blinding than the sunlight up in that sky

You shine the drak places inside my heart

My own love light

Hyun Ae semakin erat menggemgam rangkaian bunga tulipnya saat mendengarmu bernyanyi untuknya. Ia menunduk seraya tersipu—menyembunyikan pipinya yang kembali merona.

I  love you lovely

Even if I close my eyes I see you

Looking at you like this

You’re still blinding even when I see you

You’re my love light

Senyuman terulas di wajahmu setelah menyanyikan lagu untuk istrimu, tanganmu kembali menangkup pipi Hyun Ae, memaksa istrimu itu untuk kembali menatapmu. Perlahan Kau mendekatkan wajahmu dengan Hyun Ae, mengikis jarak diantara kalian. Hyun Ae menutup matanya saat bibirmu bertemu dengan bibirnya dalam ciuman lembut yang memabukkan.

.

.

Tanpa Hyungmu sadari sebulir air mata jatuh membasahi wajahnya saat maniknya menatapmu yang terduduk di sudut ruangan sambil terus memandangi lukisan—barisan pepohonan cherry blossom bewarna merah muda lembut.

“—still blinding —“

Air mata Hyungmu semakin deras mengalir, sedikit demi sedikit memburamkan pandangannya saat mendengar kau bernyanyi. Ingin sekali ia memelukmu, membawamu kedalam pelukannya—dunia kecil nan aman yang melindungimu dari kenyataan kejam,  tapi dinding kaca pembatas menghalangi keinginannya. Kembali mengingatkannya pada kenyataan pahit yang terpapar dihadapannya.

“Cepat sembuh Jonghyun. Hyung menyayangimu” Lirih Hyungmu pelan lalu membalikkan tubuhnya berjalan keluar ruangan, menutup pintu ebony yang memisahkan mu dari dunia luar . Hyungmu menatap sekilas pada deretan tulisan yang tertera di pintu itu—sebelum meremas dan membuang Koran usang yang pinggiran kertasnya hampir menguning di tempat sampah di sampingnya.

Room 15

Patient : Lee Jonghyun

.

.

“—kecelakaan terjadi antara sebuah Mobil Audy A6 putih dengan sebuah Mobil Peugeot  di Distrik Gangnam. Bagian depan Mobil Peugeot  ditemukan terbakar setelah menabrak pohon dipinggir jalan. 2 penumpangnya terluka parah. Sedangkan Mobil Audy A6 putih putih ditemukan terbalik dan rusak parah tak jauh dari  Mobil Peugeot. Sepasang kekasih yang mengendarai mobil pribadi itu hanya seorang yang selamat. Pembisnis muda Lee Jonghyun (25) berhasil diselamatkan dan dinyatakan Dokter tengah koma. Tunangannya yang meninggal di tempat kejadian diketahui bernama; Jung Hyun Ae (23)—“

 

2 thoughts on “[FF Competition] Our Fate

Leave a reply to ima Cancel reply