We Start Our Dreams Here

 

Title : We Start Our Dreams Here

Author : Na Ah Ra

Length : Ficlet

Genre : Dream and Hope, Friendship, Family

Rating : G

Main Casts :

-CNBLUE’s Jung Yonghwa

-CNBLUE’s Lee Jonghyun

-CNBLUE’s Kang Minhyuk

-JUNIEL/Choi Junhee

Other Cast:

-FT Island’s Seunghyun

-CNBLUE’s Jungshin

-FT Island’s Choi Jonghoon

-FT Island’s Choi Minhwan

-Kwon Kwang Jin

 

Disclaimer: The story base on CN Boy’s experiences but I’ve modificated it a lot. So, please don’t copast this story without my permission. The characters are belong to God, their parents, and theirself. So, I can’t claim them.hehe ^^

Note: Cerita ini fiksi, buat asik2an aja. So, please don’t bash! This is an author’s imagination about CNBLUE’s early trainee days. So, happy reading! Don’t forget to leave comments! ^^

 

2007

►Yonghwa’s POV

Kulangkahkan kakiku dengan tergesa setelah turun dari KTX di peron 5 Stasiun Seoul. Dari fajar tadi aku sudah lari-larian agar tak tertinggal KTX dari Busan itu, sekarang pun harus kembali tergesa agar tak ditinggalkan namja yang menungguku di depan stasiun ini. Kulirik jam di tanganku, 09.30. Semoga dia belum pergi. Kalau dia meninggalkanku, tamatlah riwayatku. Aku tak tahu dengan baik kota besar ini karena aku tumbuh di Busan, walaupun aku lahir di sini.

Gate 3, yeppo yeojacheorom namja. Aku melihat lagi isi pesan singkat namja yang menungguku itu. Dia menungguku di gate 3 dan deskripsinya adalah namja yang cantik seperti yeoja. Hahaha… Lucu sekali dia, mendeskripsikan dirinya seperti itu. Baiklah akan kucari makhluk itu. Kusapu pandanganku setelah sampai di gate 3 dan kudapati makhluk seperti yang tertulis di pesan singkat itu. Namja itu sangat tampan sekaligus cantik, ah dia tidak bohong ternyata. Kudekati namja berkaus putih itu. Ia nampaknya sadar dengan kedatanganku.

“Ah, hyungnim!” panggilnya ketika mata kami bertemu. Sontak aku menghentikan langkahku sekaligus melongo. Suara bassnya meruntuhkan kesan cantik di mukanya itu.

“Anyonghaseo, Lee Jonghyun imnida,” lanjutnya sambil membungkukkan badan.

“Ah, anyonghaseo. Jung Yonghwa imnida,” jawabku setelah sadar dari keterperangahanku.

“Ayo, hyung! Kita harus naik bus dulu dari sini, semoga jalanan tidak macet,”  ajaknya langsung memimpin jalan kami ke halte bus terdekat.

Namja itu, Lee Jonghyun, Busan boy yang belum lama tinggal di Seoul. Dia murid pindahan di Seoul School of Performing Art. Aku mengenalnya dari ulzzang cafe karena kami member di situs itu yang sama-sama berasal dari Busan. Ini kali pertama kami bertemu karena ternyata kami mendapatkan undangan yang sama, yaitu untuk mengikuti audisi di FNC Music. Ya, sekarang kami akan datang ke audisi itu, mencoba peruntungan kami di dunia entertain, memulai satu langkah maju untuk menggapai mimpi kami menjadi musisi.

 

►Jonghyun’s POV

Ah, akhirnya kami sampai ke sini, ke tempat audisi FNC Music. Sampai saat ini, sebenarnya aku belum sepenuhnya percaya dengan agensi ini. Namun, melihat banyaknya antrian ini, aku kembali meyakinkan diriku untuk berpikir positif. Awalnya, agensi ini mencurigakan karena ia tiba-tiba meninggalkan pesan di halaman ulzzang cafeku yang isinya ajakan untuk mengikuti audisi ini. Tentu aku tak langsung mempercayainya, tapi ketika itu juga tiba-tiba kulihat debut FT Island di TV dan kutahu FNC Music adalah agensi yang menaungi mereka.

Keinginanku menjadi musisi memang sedang menggebu-gebu, terlebih beberapa bulan yang lalu aku memutuskan untuk pindah ke kota besar ini untuk belajar musik di Seoul School of Performing Arts, walaupun harus mengulang kelas di sana. Keputusanku itu merupakan keputusan yang nekat, mengingat orang tuaku sebenarnya masih belum mengizinkan sepenuhnya. Namun, setiap hari aku meyakinkan mereka bahwa aku akan berusaha keras untuk menjadi musisi hebat dan tak akan mengecewakan mereka. Dan kupikir mengikuti audisi ini adalah salah satu cara menjemput mimpiku.

Kulihat Yonghwa hyung duduk gelisah di sampingku. Beberapa minggu yang lalu ia menghubungiku melalui ulzzang cafe setelah mengetahui pesan yang ditinggalkan FNC untukku. Ia mengatakan bahwa ia mendapatkan pesan yang sama juga. Awalnya, ia pun ragu karena sebentar lagi ia akan menghadapi ujian sekolah. Namun, pihak FNC bersikukuh menariknya bahkan sampai datang ke rumahnya di Busan. Dengan persetujuan orangtuanya, akhirnya pun ia memutuskan untuk berangkat ke sini. Karena kami sama-sama dari Busan, ia mengajakku untuk pergi bersama.

“Permisi, boleh duduk di sini?” seorang yeoja berambut panjang yang nampaknya masih duduk di bangku SMP meminta izin untuk duduk di bangku sebelah Yonghwa hyung. Yonghwa hyung mempersilakannya dan ia berterima kasih. Yeoja itu menarik perhatianku, entah mengapa. Dibandingkan dengan kami, ia masih terlalu muda dan yang paling menyita perhatianku adalah gitar yang ia bawa.

“Ah, gitarmu sama dengan gitarku,” ujarku padanya.

“Ne? Wah iya ternyata, hehehe,” sahutnya dengan malu-malu.

“Kau juga akan memainkan gitar nanti?” tanya Yonghwa hyung sambil menunjukkan gitar yang dibawanya.

“Ne.”

“Kau masih SMP, ya? Ah~ kyeopta! Siapa namamu?” Yonghwa hyung juga nampak tertarik dengan yeoja ini.

“Choneun, Choi Junhee imnida,” jawabnya tanpa ragu-ragu dan curiga pada kami. Polos sekali, ckckck.

“Lee Jonghyun imnida,” sahutku langsung sebelum Yonghwa hyung sempat memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

“Jung Yonghwa imnida.”

 

►Minhyuk’s POV

Dudukku semakin gelisah. Sebentar lagi aku akan dipanggil untuk diaudisi. Apa yang harus kupersiapkan? Menyanyi? Suaraku tak begitu bagus, bahkan cenderung jelek. Itulah mengapa beberapa minggu yang lalu aku ditolak oleh salah satu agensi terbesar di Korea, “S”. Yah, oke, dengan kemampuan menyanyiku yang sangat pas-pasan dan kemampuan dance-ku yang nol besar, tindakanku ikut audisi di agensi itu memang tindakan yang gegabah. Tak heran jika aku ditolak mentah-mentah. Namun, setidaknya karena aku datang ke audisi itu, aku bertemu orang yang mengundangku untuk mengikuti audisi hari ini, di FNC Music.

Dari dulu keinginanku menjadi seorang entertainer memang sudah ada, tetapi keinginan itu pasang surut. Aku mempunyai teman sekolah yang kerjaannya ikut audisi di sana-sini dan belum sekali pun diterima. Melihat usaha kerasnya yang seperti itu, aku pun tergerak untuk mencoba mengikuti audisi, walaupun aku belum yakin dengan kemampuanku. Satu hal yang selalu kupikirkan adalah menyanyi, padahal aku tak bisa menyanyi dengan baik. Akting, aku bisa sedikit, tetapi aku belum percaya diri dengan itu. Oke, untuk yang terakhir nampaknya tidak sesuai dengan agensi ini karena agensi ini mencari musisi, bukan aktor.

“Kang Minhyuk!” Namaku dipanggil. Dengan langkah yang kupaksakan menunjukkan rasa percaya diri, aku maju ke hadapan juri dan peserta lain yang ada dalam ruangan ini.

“Anyonghasimnika, choneun Kang Minhyuk imnida. Saya atlet basket sekolah dan pesulap amatir yang bisa memainkan piano dan flute. Saya suka tantangan, untuk itu di sini saya akan menyanyi. Selamat mendengarkan!” Aku berhasil memperkenalkan diriku dengan gaya percaya diri, tapi dalam hati sebenarnya aku mengumpat. Bagaimana aku bisa seburuk ini?

Aku pun mulai menyanyikan sebuah lagu dan menghayatinya. Entahlah, kalau pitch-ku lari ke mana-mana. Semoga juri bisa memahamiku lewat emosi yang kutampakkan.

“Hentikan!” seru seorang juri bertubuh gempal. “Kalau kau tak bisa menyanyi dengan baik, mengapa kau menyanyi? Di sini tak hanya perlu percaya diri, tapi kemampuan! Mengapa tak kau mainkan piano atau flutemu jika kau mampu?”

“Biarkan,” ujar seseorang yang duduk di samping pria gempal itu. Dari papan nama di depannya, aku tahu namanya Han Seungho. “Coba kau mainkan drum itu,” ujarnya padaku sambil menunjuk pada satu set drum yang ada di belakangku.

Aku melongo. Kukira ia akan memintaku memainkan keyboard di samping kananku. Drum?

 

►Juniel’s POV

Dua minggu berlalu sejak audisi itu. Sebenarnya, itu audisi tahap kedua yang kulakukan di FNC. Entahlah, itu tahap kedua atau aku mengulangnya lagi. Pada audisi pertama, aku memainkan pianoku dan mereka menyatakan aku tak lulus. Kurasa mataku berkaca-kaca saat mendengarnya. Bagaimana tidak? Bagiku perkataan mereka terlalu tidak masuk akal.

Flashback

“Maaf, kau terlalu muda untuk ini. Agak sulit bagi kami untuk menerima yeoja di sini.”

“Kami mencari pemain band, bukan penyanyi solo.”

Itu memang bukan pertama kalinya aku ditolak oleh agensi, tapi alasan FNC tidak masuk akal. Bahkan, mereka tidak mengungkapkan kekurangan permainan piano dan suaraku. Karena aku masih muda? Karena aku yeoja? Karena aku memainkan piano? Haloooo! Kakak keduaku masih berumur 11 tahun saat ia menjadi trainee FNC! Dan kakak pertamaku juga memainkan pianonya untuk audisi di FNC! Ya, mungkin kalian kaget, tapi itulah kenyataannya. Aku, Choi Junhee, bungsu dari tiga bersaudara, yeodongsaeng Choi Jonghoon dan Choi Minhwan, member band FT Island. Dan aku ditolak dengan alasan yang tidak berlaku bagi kedua kakakku itu? Jadi, masalah utama di sini adalah karena aku yeoja?

Salahkan appaku! Mengapa ia selalu menjejali musik pada anak-anaknya, termasuk padaku yang yeoja ini? Ia bahkan membiarkan kedua putranya meninggalkan rumah dan menjadi musisi muda seperti sekarang. Dengan lingkungan keluarga seperti itu, mana mungkin aku, yang sayangnya yeoja ini, tidak terpengaruh untuk mempunyai mimpi yang sama. Dan appaku tak pernah menghalangi keinginan keras kepala yeoja ini. Begitu salahkah menjadi yeoja di mata ahjussi-ashjussi itu?

“Datanglah di audisi tiga minggu lagi. Pastikan kami mempunyai alasan yang kuat untuk menerimamu,” ahjussi ketiga yang kutahu bernama Han Seungho itu nampaknya memahami perasaanku karena mata berkaca-kacaku itu.

Flashback End

Aku berharap besar dengan keputusan audisi kedua itu. FNC menjadi gairah tersendiri karena mencari musisi yang akan diorbitkan dengan memainkan alat musik. Aku mendapatkan kepercayaan diri yang besar jika memainkan piano atau pun gitarku. Oleh karena itu, aku ingin bergabung di sana. Yah, selain karena aku ingin dekat dengan kedua kakakku yang sudah sangat jarang pulang ke rumah itu sejak menjadi trainee di sana dan memulai debut mereka satu bulan lalu. Sebenarnya, kedua kakakku sangat tidak mengizinkanku menjadi musisi seperti mereka, apalagi ikut audisi di FNC. Namun, dengan dukungan dari appa, aku berani melawan mereka. Apa jadinya kalau mereka tahu aku ikut audisi di agensi mereka itu? Memangnya ada apa, sih, dengan FNC?

“Junhee~ah, ponselmu berbunyi,” beritahu eomma yang nampaknya sudah memperhatikanku melamun dari tadi.

“Yoboseo?… Ne? Jeongmalyo?… Besok?… Ah, tentu saja… Is it for real?… Kkamsahamnida, kkamsahamnida…” Aku menutup telepon dengan senang. Ya! Itu dari FNC! Aku disuruh kembali ke sana besok. Entahlah, apakah aku diterima atau tidak, tapi dengan adanya respon dari mereka setidaknya aku boleh menganggap ini pertanda yang baik.

 

►Yonghwa’s POV

Tepat dua minggu setelah audisi itu, aku kembali ke FNC Music. Ya, aku diterima! Ehm, bukan hanya aku, sih, Jonghyun juga. Sungguh hal yang membanggakan diri kami. Country boy seperti kami datang ke ibukota untuk mewujudkan salah satu mimpi kami dan membuahkan hasil. Saking senangnya semalam kami tidak bisa tidur. Kami menghabiskan malam di dorm Jonghyun untuk membicarakan mimpi-mimpi kami. Walaupun, kami mempunyai gaya yang berbeda, tapi kami mempunyai tujuan yang sama. Ah, rasanya aku telah menemukan teman hidup.

Kulirik Jonghyun yang duduk di sampingku, rekahan senyumnya tak pernah kuncup dari bibirnya. Aku ingat tentang ceritanya yang mengubur cita-citanya menjadi atlet dan banting stir ke dunia musik. Kurasa sekarang ia sedang mensyukuri bahwa keputusannya bukan keputusan yang salah. Aku juga nampaknya harus memulai mengubur mimpiku menjadi businessman, dan fokus menjalani takdirku di dunia musik.

“Jogiyo, saya mendapat panggilan untuk datang ke mari hari ini. Bertemu Han Seungho-ssi. Nama saya Kang Minhyuk.”

Aku melirik seorang namja yang bertanya pada resepsionis dengan nafas tersengal. Kuperhatikan dirinya, nampaknya aku pernah melihatnya. Ah, Kang Minhyuk? Namja yang tidak bisa menyanyi itu? Apa dia diterima juga? Ckckckck. Bagaimana aku bisa lupa dengannya, mungkin hampir semua peserta audisi kemarin pun tak akan melupakannya. Percaya dirinya yang selangit, tapi kemampuan bernyanyinya pas-pasan. Ah, bukan itu yang membuatnya selalu diingat. Ya, permainan drumnya. Saat itu Han Seungho-ssi menyuruhnya memainkan drum. Awalnya, ia nampak bingung dan mengatakan belum pernah memainkannya sebelumnya, tapi ia menerima tantangan itu. Hasilnya? Memang tak begitu luar biasa seperti pemain drum profesional, tapi permainan tangannya sangat lincah dan begitu hebat untuk orang yang pertama kali memainkan drum. Sinkronisasi gerak tangan dan kakinya benar-benar pas sesuai tempo.

“Ah, kalian bertiga sudah datang?” Seorang pria yang kukenali sebagai Han Seungho-ssi datang menghampiri kami. “Mari ikut ke ruangan saya.”

Kami bertiga pun mengikutinya. Setelah kami dipersilakan duduk dalam ruangannya. Han Seungho-ssi menjelaskan beberapa hal dasar tentang keputusan audisi itu dan menawarkan kontrak pada kami untuk menjadi trainee beserta peraturan-peraturan perjanjian yang berlaku. Yang menjadi bebanku satu-satunya adalah sekolahku, sebentar lagi ujian kelulusan dan aku tak mungkin meninggalkannya begitu saja. Namun, Han Seungho-ssi menanggapi permasalahnku itu dengan hal yang bijaksana. Aku diperbolehkan menyelesaikan urusan sekolahku sebelum menjadi full trainee. Begitu juga dengan sekolah Jonghyun dan Kang Minhyuk, yang kutahu masih kelas X itu. Jadwal latihan mereka akan disesuaikan dengan kegiatan sekolah mereka. Dan kami pun menandatangani kontrak training kami.

“Ah ya, pada audisi ini hanya kalian bertiga yang kami terima. Kuharap kalian dapat menjadi teman yang baik. Ah, ada satu lagi sebenarnya, tapi dia yeoja. Dia sudah menandatangani kontrak dua jam lalu. Namanya Choi Junhee. Semoga kalian dapat menjaganya dengan baik juga. Sekali lagi, selamat bergabung!” tutur Han Seungho-ssi saat kami menandatangani kontrak.

Sebentar. Yeoja? Choi Junhee? Ah, yeoja bergitar itu!

 

►Jonghyun’s POV

Sudah berbulan-bulan sejak penandatangan kontrak itu. Aku sangat bersyukur telah dipertemukan dengan jalan hidupku yang ini. Walaupun terkadang ada masa-masa yang sulit ketika dimarahi karena tak dapat menyerap pelajaran dengan baik atau pun melontarkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab trainer. Setidaknya, ilmuku tentang musik bertambah. Kemampuan bermain gitarku meningkat dan aku mengetahui teknik bernyanyi yang tepat. Sejak saat itu kehidupanku selalu dikejar waktu. Membagi waktu antara sekolah dan training agak sulit bagiku, apalagi aku tak tinggal bersama orangtua. Namun, hal itu bukan hal yang berat karena aku senang menjalaninya, terlebih sekarang aku mempunyai roommate seperti Yonghwa hyung yang selalu mengingatkanku untuk mengerjakan tugas sekolah dan membangunkanku untuk pergi ke sekolah. Ya, setelah kelulusannya dia memutuskan untuk pindah dari Busan ke Seoul.

Jumlah trainee di FNC Music pun bertambah, walaupun tak terhitung banyak. Hanya ada sebelas trainee: empat dari audisi sebelumku, tiga dari audisi yang kuikuti, dan empat lagi dari audisi berikutnya. Dengan jumlah yang sedikit, hubungan kami menjadi sangat dekat dan hampir seperti keluarga. Selain Yonghwa hyung semuanya masih sekolah dan semuanya namja, kecuali Junhee, yeoja yang kutemui saat audisi itu. Aku lebih sering bermain dengan Yonghwa hyung dan Minhyuk karena kami menandatangani kontrak bersamaan, juga dengan Junhee dan Song Seunghyun dari audisi sebelumnya karena kami sama-sama dilatih untuk gitar dan vokal.

“Jonghyun hyuuuung! Mengapa larimu cepat sekali?”

“Jonghyun hyuuung! Tunggu akuuu!”

Aku menghentikan lariku saat kudengar ada suara-suara bersahutan yang memanggilku. Kulihat Minhyuk dan Seunghyun berlarian ke arahku dengan seragam sekolah yang sudah acak-acakan, sama kusustnya seperti seragam sekolah yang kupakai. Ya, ini kebiasan kami sepulang sekolah, berlarian ke FNC Academy agar tidak telat latihan. Wahai waktu, mengapa kau selalu mengejar-ngejar kami?

 

►Juniel’s POV

Aku baru kembali dari kamar mandi ketika mendapati kotak bekal makan malamku kosong di meja. Mengapa aku ceroboh lagi? Kejadian seperti ini hampir terjadi setiap hari terutama di hari Senin. Aku tahu pelakunya. Pasti Seunghyun oppa! Ia selalu menghabiskan bekalku tanpa aku sempat menyentuhnya, terutama di hari Senin karena ia tak akan membawa bekal pada hari itu.

“Song Seunghyun!” teriakku geram.

“Ya! Beraninya kau memanggilku seperti itu!” Seunghyun oppa membalikkan tubuhnya dan menghampiri mejaku.

“Ya! Seunghyun~ah!” bentak oppadeul lainnya pada Seungyun oppa serentak, membuat Seunghyun oppa tak dapat memarahiku lebih lanjut. Ketika aku sudah berteriak seperti itu, masalahnya hanya satu. Jadi, oppadeul akan langsung memarahi Seunghyun oppa habis-habisan, sedangkan Seunghyun oppa akan berlari-lari menghidar dari hantaman oppadeul.

“Ah, hyuuung! Bukan aku kali ini. Sungguh! Itu Kwangjin yang melakukannya!” belanya setelah tertangkap oleh Jonghyun oppa. Pasti dia takut dibanting olehnya. Hihihi…

“Tapi Seunghyun yang mengajariku!” Kwangjin oppa yang tadi duduk dengan tenang ikut membela diri ketika Minhyuk oppa yang ada di di sebelahnya memegang lengannya, mencegahnya kabur.

“Junhee~ah, makan saja bekalku.”

Aku yang sedang asyik memperhatikan Seunghyun oppa dan Kwangjin oppa saling tuduh, tersentak dengan kotak bekal yang disodorkan di hadapanku. Aku memalingkan pandanganku ke arah datangnya kotak bekal itu. Kulihat namja bertubuh tinggi keluar dari ruang makan kami. Jungshin oppa? Ah, terima kasih, oppa! Teriakku dalam hati.

Suasana makan malam memang selalu ramai seperti itu. Berbulan-bulan mengalami hal seperti ini, membuatku terbiasa. Awalnya, aku hampir selalu menangis ketika diperlakukan seperti itu oleh Seunghyun oppa. Aku pernah bercerita tentang keusilan Seunghyun oppa dan terkadang Kwangjin oppa itu pada Jonghoon oppa dan Minhwan oppa ketika mereka pulang ke rumah. Kata mereka, itulah alasan mereka tidak mengizinkanku menjadi trainee FNC karena FNC berisi namja-namja rusuh seperti mereka. Ah, aku curiga, jangan-jangan ini karma kejahilan Jonghoon oppa dan Minhwan oppa saat menjadi trainee, makanya aku suka dikerjai seperti itu. Namun, aku mulai terbiasa dengan keadaan seperti itu dan menjadi terhibur karena masih ada oppadeul lain yang melindungiku dan siap membantuku. Di sini aku menemukan keluarga baru. Apalagi masalah seperti itu akan berakhir menyenangkan ketika…

“Hentikan! Kalian semua dihukum!” Han Seungho-ssi datang menghentikan pertikaian kami dengan kalimat pamungkas yang hanya berlaku bagi para namja. Yes!

_FIN_

 

#AuthorTime

Ini tulisan selinganku saat menulis “FNC, I’m in Love!”. Semoga kalian suka. Maaf, atas “FNC, I’m in Love!” part 4 yang mungkin kurang memuaskan. Sabar untuk part 5-nya, ya. Silakan tulis komentar untuk “We Start Our Dreams Here” di bawah ini. Thanks for reading!

18 thoughts on “We Start Our Dreams Here

    • Iya, terutama bagian Juniel. Selain dia ketemu Yonghwa dan Jonghyun pas audisi dan dia nandatangin kontrak dua jam lebih dulu, semuanya aku karang.hahaha
      Terima kasih. ^^

  1. After taste setelah baca ff ini: mendadak kepengen jadi juniel. Abisnya juniel enak banget, cewek sendiri diantara namja2 ganteng *_*
    Good job author! 🙂

  2. Keluarga choi .. Emang beneran juniel adek member fti ¿ . .. Baru tau dech atau yg ini fiktif
    Aiihh pokoknya ffnya bikin eon cengar cengir tp porsi jungshin knapa dikiiiittt

  3. aaaaa, johayoooo. sempet merinding di beberapa part. entahlah kenapa ._.
    bahasanya ringan, mengalir, dan nggak dipaksakan. enak dibaca.
    terus endingnya ngena deh. Juniel-nya seneng gitu karena hukumannya cuma buat namja. haha.
    ceritanya sederhana tapi bermakna. feel kekeluargaannya kerasa. daebak!

Guest [untuk kamu yang tidak punya acc *cukup masukkan nama & email**email aman*] | [Bisa juga komen melalui acc Twitter & Facebook]